1 Votes
Salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh Pengawas Satuan Pendidikan adalah mampu melakukan
penelitian. Hal ini karena pekerjaan pengawas adalah sebuah profesi yang
menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan terus menerus sejalan dengan
perkembangan pendidikan di lapangan.
Setiap bidang pekerjaan
selalu dihadapkan pada permasalahan yang selalu berkembang, baik berupa
fenomena yang mengundang tanda tanya, maupun kesenjangan antara yang diharapkan
dengan kenyataan. Permasalahan tersebut menuntut jawaban dan solusi yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Kedudukan pengawas
sebagai pembina para guru dan kepala sekolah, mengharuskan dia memiliki
kesiapan memberikan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi. Ia dapat saja
mengandalkan pengalaman, baik dirinya sendiri maupun orang lain, mengambil
teori dari buku-buku, atau bahkan mengandalkan intuisi. Hal ini tentu tidak
selamanya memuaskan, karena yang dituntut darinya adalah professional
judgement yang dapat dijadikan acuan.
Penelitian merupakan suatu bentuk kegiatan ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan
atau kebenaran. Ada dua teori kebenaran pengetahuan, yaitu teori koherensi dan
korespondensi. Teori koherensi beranggapan bahwa suatu pernyataan dikatakan
benar apabila sesuai dan tidak bertentangan dengan pernyataan sebelumnya.
Aturan yang dipakai adalah logika berpikir atau berpikir logis. Sementara itu
teori korenspondensi berasumsi bahwa sebuah pernyataan dipandang benar apabila
sesuai dengan kenyataan (fakta atau realita). Untuk menemukan kebenaran yang
logis dan didukung oleh fakta, maka harus dilakukan penelitian terlebih dahulu.
Inilah hakikat penelitian sebagai kegiatan ilmiah atau sebagai proses the
acquisition of knowledge.
Salah satu tahapan penting dalam penelitian adalah proses pelaksanaan
penelitian khususnya pengumpulan data. Hal ini merupakan essensi penelitian,
karena hakikatnya tidak ada penelitian tanpa pengumpulan data. Lebih jauh lagi,
penelitian menjadi tidak bermakna dan bahkan akan menghasilkan kesimpulan yang
salah manakala data yang dihasilkannya tidak valid. Untuk memperoleh data yang
valid, selain harus digunakan instrumen yang baik (valid dan reliabel), juga
harus dipertimbangkan cara pengambilan sampel yang benar-benar representatif
terhadap jumlah dan karakteristik populasi.
Kemampuan melaksanakan penelitian tersebut tentu
sangat dibutuhkan oleh pengawas
A. Tahapan Penelitian
Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh
pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara
ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam
penelitian di bidang apapun pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai kesamaan,
walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaanya dimodifikasi oleh
peneliti yang bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Adapun secara garis besar fase-fase atau langkah-langkah penelitian dapat
dipilah menjadi tiga fase yaitu fase perencanaan, fase pelaksanaan, dan fase
laporan.
Pada fase perencanaan, penelitian akan diawali dengan
kegiatan merumuskan masalah secara operasional dan membuat pembatasannya yaitu
untuk menentukan ruang lingkup masalah yang diteliti. Setelah merumuskan
masalah penelitian, kegiatan selanjutnya adalah melakukan studi pendahuluan (preliminary
study), merumuskan hipotesis, menentukan sampel penelitian, merumuskan
rancangan penelitian, dan menentukan dan merumuskan alat penelitian atau teknik
pengumpulan data.
Fase pelaksanaan penelitian meliputi:
pengumpulan data, pengolahan dan analalisis data. Kegiatan pengumpulan
data didasarkan pada pedoman yang sudah dipersiapkan dalam rancangan
penelitian. Kegiatan ini erat kaitannya dengan metode penelitian yang digunakan
seperti metode deskriptif, eksperimental, dan atau lainnya. Adapun pengolahan
atau analisis data tergantung pada data yang terkumpul. Jika data yang
dikumpulkan bersifat kuantitatif atau berbentuk angka-angka maka dapat
digunakan analisis statistika sebelum menarik kesimpulan atau jika berbentuk
kualitatif dapat langsung dianalisis sesuai hasil temuan lapangan.
Fase pelaporan adalah melakukan publikasi. Bentuk dan
sistematika laporan penelitian dapat berupa artikel ilmiah, skripsi, tesis,
disertasi, atau laporan pada umumnya. Hal ini sesuai dengan tujuan dilakukannya
penelitian.
Arikunto (2002; 20) membagi langkah penelitian lebih
rinci lagi yaitu sebagai berikut: (1) memilih masalah, (2) studi pendahuluan,
(3) merumuskan masalah, (4) merumuskan anggapan dasar dan merumuskan hipotesis,
(5)
memilih pendekatan, (6) menentukan variabel dan sumber
data, (7) menentukan dan menyusun instrumen, (8) mengumpulkan data, (9)
analisis data, (10) menarik kesimpulan, (11) menulis laporan.
Makalah ini akan memfokuskan
diri pada pembahasan proses penelitian yaitu menentukan sumber data, menentukan
dan menyusun instrumen, validasi instrumen, dan mengumpulkan data. Oleh karena
merupakan bagian pelaksanaan
B. Sumber Data
Kegiatan awal dalam fase proses penelitian adalah
menentukan sumber data. Data dalam sebuah penelitian, merupakan bahan pokok
yang dapat diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah penelitian. Data
penelitian yang ada di lapangan jumlahnya sangat banyak, sebanyak masalah yang
sedang dihadapi. Namun oleh karena penelitian itu memiliki tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya maka tidak semua data yang tersedia sesuai dengan masalah
penelitian. Oleh karena itu peneliti seharusnya memiliki ketajaman rasional
dalam memilih dan menentukan data yang akan diambil atau dikumpulkan. Agar data
yang akan diambil sesuai dengan kebutuhan penelitian maka terlebih dulu harus
dipilih dan ditentukan sumber datanya.
Untuk dapat menentukan sumber data penelitian,
sebaiknya Anda membedakan tiga istilah yang berkaitan yaitu objek penelitian,
subjek penelitian, dan sumber data penelitian. Objek penelitian pada dasarnya
merupakan variabel yang dikaji. Objek penelitian dapat melekat sebagai data
penelitian yang dapat disadap dari subjek penelitian (responden). Selain dapat
disadap dari subjek penelitian dapat pula diambil dari sumber data lainnya
seperti dari dokumen, pendapat orang yang mengetahui tentang objek penelitian,
dan pihak-pihak terkait lainnya. Dengan demikian, sumber data bersifat umum
yang memiliki informasi tentang objek penelitian. Boleh juga dikatakan bahwa
subjek penelitian adalah sumber data tetapi tidak semua sumber data merupakan
subjek penelitian karena bisa jadi sumber data di tempat lain lebih lengkap dan
lebih akurat.
Contohnya penelitian tentang suatu metode pembelajaran
bidang studi X. Objek penelitiannya adalah metode pembelajaran bidang studi X,
subjek penelitiannya adalah guru yang mengajar bidang studi X, sedangkan sumber
datanya adalah semua pihak yang terkait. Bisa jadi guru itu sendiri (yang
sekaligus sebagai subjek penelitian) maupun dari kepala sekolah yang mengetahui
kinerja atau cara mengajar guru tersebut.
Suharsimi (2002) menyebutkan tiga klasifikasi sumber
data yang disingkat dengan 3 p dalam Bahasa Inggris, yaitu p = person, p
= place, dan p = paper. Person adalah sumber data berupa
orang yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan. Dari person dapat
diperoleh datanya melalui teknik wawancara atau jawaban tertulis dan angket. Place
yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak.
Keadaan diam misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan
lain-lain. Sedangkan keadaan bergerak ditunjukan oleh aktivitas, kinerja, laju
kendaraan, ritme nyanyian, gerak tarian, sajian sinetron, kegiatan belajar mengajar,
dan lain sebagainya. Untuk memperoleh data dari place dapat diperoleh
melalui metode observasi. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan
tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Wujud sumber
data ini terdapat dalam media komunikasi, seperti di jaman dulu terdapat pada
batu, kayu, tulang, daun lontar, dan sebagainya. Di jaman sekarang data dapat
dibaca dari media kertas, film, hardisk komputer, maupun CD.
Person, place, dan paper adalah sumber data yang
kedudukannya dapat merangkap sebagai subjek penelitian. Apa yang diucapkan oleh
seseorang sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti berkedudukan
sebagai objek penelitian, sedangkan orang atau responden adalah subjeknya.
Begitu juga dengan observasi yang dilakukan pada seorang guru, segala tindakan
dan perilaku guru ketika mengajar adalah objek penelitian, sedangkan guru
sendiri merupakan subjek penelitian.
Pada kasus place, misalnya ruangan kelas dan segala
hal yang melekat pada ruangan tersebut seperti bentuk, luas, sirkulasi udara,
pencahayaan, dan kondisi lainnya adalah objek penelitian. Ruangan kelas itu
sendiri dapat diidentikkan sebagai subjek dari penelitian.
Sebelum memilih dan menentukan sumber data dalam
proses penelitian, terlebih dahulu harus mengetahui sumber data kaitannya
dengan seluruh atau sebagian sumber data. Apabila penelitian melibatkan seluruh
data yang diteliti disebut penelitian populasi, sedangkan jika hanya sebagian
data yang mewakili populasi disebut penelitian sampel. Dan jika hanya memilih
data tertentu saja dikenal dengan istilah penelitian kasus (Suharsimi, 2002).
Untuk lebih jelasnya ikuti penjelasan berikut:
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Penelitian yang dilakukan seseorang yang ingin meneliti semua elemen dalam
wilayah penelitian dinamakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya
disebut studi populasi atau studi sensus. Sumber data dalam penelitian populasi
mencakup semua anggota subjek, misalnya: semua guru geografi yang tergabung
dalam MGMP, semua buku sejarah Indonesia yang diterbitkan pada periode
kepemimpinan orde baru, semua murid taman kanak-kanak pada yang berusia 4
tahun, semua media pembelajaran matematika yang sesuai untuk anak usia dini,
dan sebagainya.
Penelitian populasi pada dasarnya adalah penelitian
yang dapat dilakukan pada jumlah yang terhingga. Objek pada populasi yang
diteliti akan dianalisis dan hasilnya dapat disimpulkan. Kesimpulan yang
diperoleh itu berlaku untuk seluruh populasi. Sebagai contoh: suatu penelitian dilakukan
untuk mengetahui efektivitas kinerja guru-guru geografi yang tergabung dalam
MGMP di satu wilayah kecamatan. Objek yang diteliti adalah kinerja guru, data
yang diperoleh kemudian dianalisis dan hasilnya disimpulkan. Kesimpulannya
adalah kinerja guru yang efektif dan tidak efektif untuk kemajuan belajar
siswa. Kesimpulan yang didapat berlaku bagi seluruh guru yang tergabung dalam
populasi. Secara singkat, alur penelitian populasi ini dapat dilihat dalam
bagan berikut:
Jumlah populasi ada juga yang ”tak hingga” dengan
subjek yang sangat banyak. Penelitian populasi model ini akan menemui kesulitan
dalam mendapatkan data yang dibutuhkan. Oleh karena itu perlu pembatasan agar
sumber data yang diperlukan mudah didapatkan. Sebagai contoh: pada penelitian
dengan populasi media, jangan seluruh media diteliti. Batasilah populasinya
oleh media alam yang terdapat di lingkungan sekolah saja. Kelak hasil
penelitiannya akan dapat disimpulkan, yaitu hanya media alam yang ada di
lingkungan sekolah dan tidak akan meluas kepada media lainnya. Walaupun
pengertian populasi adalah seluruh sumber data, tetapi dalam penelitian
penelitian populasi tetap harus dibatasi.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Penelitian yang dilakukan hanya menggunakan sebagian atau wakil dari
populasi. Nama jenis penelitiannya dinamakan penelitian sampel. Maksud dari
penelitian sampel adalah pendekatan penelitian dengan cara menggeneralisasikan
hasil penelitiannya, artinya kesimpulan penelitian diangkat dan atau ditarik
sebagai suatu yang berlaku untuk seluruh populasi. Berikut ini gambaran tentang
proses penelitian sampel yang hasilnya bersifat generalisasi bagi seluruh
populasi.
Gambar 2: Bagan alur penelitian sampel (Suharsimi,
2002)
Sebagai contoh dapat kita ambil penelitian tentang
siswa yang terkena busung lapar. Populasinya adalah seluruh anak yang diduga
terkena busung lapar, diambil sampelnya dari setiap kelas misalnya
masing-masing hanya 2 orang. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat beberapa
siswa yang terkena busung lapar. Dalam penelitian ini, walaupun sampelnya hanya
2 orang dari masing-masing kelas tetapi hasil penelitiannya berlaku untuk semua
siswa yang terkena penyakit busung lapar.
Contoh lain, apabila kita ingin mengetahui pengaruh
privat terhadap prestasi siswa di sekolah. Penelitian dilakukan dengan
mengambil sampel dari populasi siswa-siswi yang mengikuti privat di luar jam
sekolah. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti privat memiliki
prestasi diatas rata-rata, ini berarti dapat digeneralisasi untuk semua
populasi bahwa siswa yang mengikuti privat pasti memiliki prestasi yang bagus
walaupun siswa tersebut tidak pernah dijadikan sampel penelitian.
Mengingat hasil penelitian sampel dapat
digeneralisasi untuk seluruh populasi, maka syarat penelitian sampel adalah
keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen. Apabila subjek populasi
tidak homogen, maka kesimpulannya tidak boleh diberlakukan bagi seluruh
populasi atau hasilnya tidak boleh digeneralisasikan.
Antara penelitian populasi dan penelitian sampel
terkandung sisi keuntungan dan kekurangannya. Keuntungan yang dapat diambil
dari penggunaan sampel adalah: 1) subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan
dengan populasi, 2) lebih efisien dalam penggunaan uang, waktu, dan tenaga.
Sisi kekurangan dari penelitian populasi adalah 1) apabila populasi terlalu
besar, dikhawatirkan ada yang terlewati, 2) penelitian populasi terkadang
menimbulkan desktruktif yaitu merusak. 3) ada bahaya bias dari orang yang
mengumpulkan data, karena satu dan lain hal, misalnya pencatatan tidak detail
dan tidak teliti karena petugas pencatat kelelahan akibat subjek yang terlalu
banyak. 4) terdapat beberapa kondisi yang tidak memungkinkan semua populasi
dapat diteliti, contohnya dengan biaya dan waktu yang terbatas tidak mungkin
semua guru dalam satu wilayah kabupaten dapat dijadikan responden, solusinya
adalah cukup dengan beberapa orang guru dari setiap kecamatan sebagai sampel
penelitian.
Ada hal yang harus diperhatikan setelah menentukan
sampel, yaitu cara atau teknik pengambilannya. Pengambilan sampel ini harus
dilakukan sedemikian rupa agar diperoleh sampel yang benar-benar menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya. Terdapat beberapa cara pengambilan sampel
penelitian yaitu: a) sampel random, atau sampel acak, sampel campur, b) sampel
berstrata atau stratified sample, c) sampel wilayah atau area probability
sample, d) sampel proporsi atau proportional sample, atau sampel imbangan, e)
Sampel bertujuan atau purposive sample, f) Sampel kuota atau quota sample, g)
Sampel kelompok atau cluster sample, h) Sampel kembar atau double sample.
Sampel acak atau random adalah sampel yang diambil
secara acak, dengan asumsi bahwa populasi memiliki kesamaan tanpa ada salah
satu anggotanya yang bersifat istimewa. Jumlah sampel yang diambil ditentukan
berdasarkan kemampuan peneliti dilihat dan waktu, tenaga dan dana, sempit
luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, dan besar kecilnya risiko yang
ditanggung oleh peneliti. Penentuan jumlah sampel yang dianggap lebih akurat
adalah dengan menggunakan rumus-rumus penentuan besarnya sampel sebagai
berikut:
1. Rumus Jacob Cohen
L
N = —– + u + 1
f2
dengan keterangan:
N = ukuran
sampel
f2 = effect
size
u =
banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L =
fungsi power dari u, diperoleh dari tabel, t.s 1%
Power (p) = 0,95 dan
effect size (f2) = 0,1
Harga L tabel dengan
t.s. 1% power 0,95 dan u = 5 adalah 19,76
Maka dengan rumus tersebut
diperoleh:
19,76
N = ——— + 5 + 1 = 203,6
dibulatkan 204
0,1
2. Rumus
proporsi dari Issac & Michael:
X2 NP (1 – P)
S = ———————————–
d2 (N – 1) + X2 P (1 – P)
dimana:
S
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
P
= proporsi dalam populasi
d = ketelitian (error)
X2
= harga tabel Chi-kuadrat untuk ∞ tertentu
Setelah jumlah sampel dapat ditentukan, langkah
selanjutnya adalah memilih anggota sampel. Ada beberapa cara mudah untuk
memilih anggota sampel yaitu:
1) dengan undian, setiap populasi ditulis
namanya dalam secarik kertas kecil kemudian di gulung, peneliti mengundi semua
kertas dengan cara memilih sebagian dari kertas sesuai dengan jumlah sampel
yang telah ditentukan.
2) dengan ordinal (tingkatan sama),
contoh: terdapat sebanyak 1000 populasi yang telah diberi nomor urut, jumlah
sampel yang akan diambil sebanyak 200. Selanjutnya dibuat 5 gulungan kertas dengan
nomor 1, 2, 3, 4, 5. dengan asumsi bahwa besarnya sampel adalah seperlima dari
jumlah populasi. Ambillah satu gulungan kertas lalu buka, apabila pada kertas
tersebut tertera angka 2, maka pemilihan sampel jatuh pada angka 2 yang
selanjutnya melompat setiap 5 subjek yaitu ke nomor 7, 12, 17, 22, dan
seterusnya. Seandainya sampai nomor ordinal terakhir belum diperoleh 200
subjek, pemilihan dilakukan kembali ke atas.
3) menggunakan tabel bilangan random.
Tabel ini biasanya terdapat dalam buku-buku statistik pada bagian halaman
belakang, isinya memuat angka-angka yang disusun secara acak. Peneliti tinggal
memilih angka-angka menurut baris dan kolom seperti contoh berikut:
a.
jatuhkan ujung pensil ke salah satu nomor baris,
b. jatuhkan lagi
ujung pensil kedua untuk menemukan nomor kolom. Pertemuan antara baris dan
kolom menghasilkan nomor subjek ke-1,
c.
bergeraklah dari nomor tersebut 2 langkah ke kanan, kemudian temukan nomor
subjek ke-2,
d.
bergeraklah ke bawah 5 langkah, temukan nomor subjek ke-3,
e.
bergeraklah ke kiri 2 langkah, temukan nomor subjek ke-4,
f.
demikian seterusnya sampai diperoleh jumlah subjek yang dikehendaki.
Jenis sampel berikutnya adalah sampel berstrata atau stratified
sample, sampel ini diberlakukan pada populasi yang terbagi atas
tingkat-tingkat atau strata, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel.
Misalnya sampel yang dipilih berdasarkan usia, tingkat pendidikan, pendapatan,
dll.
Sampel wilayah atau area probability sample,
berlaku bagi populasi yang memiliki ciri berbeda antara wilayah yang satu
dengan wilayah yang lain. Cara pengerjaannya adalah dengan mengambil wakil dan
setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Contohnya, dalam meneliti tingkat
indeks pendidikan di satu wilayah provinsi, sampel dari tiap kabupaten harus
diambil agar hasil penelitian mencerminkan tingkat indeks pendidikan di
provinsi tersebut.
Sampel proporsi atau proportional sample,
merupakan sampel imbangan yang dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik
sampel berstrata atau sampel wilayah. Jumlah sampel yang diambil ditentukan
berdasarkan rasio dari jumlah setiap populasi yang tergabung dalam tingkatan
atau berada pada tiap wilayah. Sebagai contoh, untuk menentukan jumlah sampel
peserta didik tingkat SD di sebuah kabupaten, maka besarnya sampel ditentukan
berdasarkan proporsi jumlah siswa SD di setiap kecamatan, bagi satu kecamatan
yang jumlah siswanya lebih banyak dari jumlah siswa di kecamatan lain, sudah
barang tentu jumlah sampelnya pun lebih banyak, begitu juga sebaliknya. Apabila
teknik sampel proporsi ini digunakan maka sebenarnya terdapat teknik lain yang
turut digunakan juga yaitu teknik strata dan teknik acak sehingga lazim disebut
stratifield proportional random sampling.
Sampel bertujuan atau purposive sample, adalah
pengambilan sampel yang ditentukan berdasarkan tujuan tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam menentukan sampel adalah:
a. Terdapat ciri-ciri,
sifat-sifat, atau karakteristik tertentu yang menjadi identitas populasi.
b. Sampel adalah benar-benar key
subjects yaitu subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat
pada populasi
c. Cermat dalam menentukan
karakteristik populasi
Berikutnya adalah pengambilan sampel yang sangat mudah
dilakukan, yaitu sampel kuota atau quota sample. Penentuan sampel dengan
cara ini hanya berdasarkan jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam
mengumpulkan data, peneliti menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan
ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut, yang
penting masih dalam satu populasi.
Sampel kelompok atau cluster sample, adalah
cara pengambilan sampel berdasarkan kelompok-kelompok tertentu tetapi tidak
bersifat strata atau tingkatan kelas. Hal ini disebabkan oleh adanya
pengelompokkan di dalam masyarakat seperti kelompok suku bangsa, kelompok
agama, jenis pekerjaan, status sekolah, dan sebagainya.
Pengambilan sampel yang terakhir dapat dilakukan
dengan menggunakan cara sampel kembar atau double sample. Sampel kembar
adalah dua buah sampel yang sekaligus diambil oleh peneliti dengan tujuan untuk
melengkapi jumlah apabila ada data yang tidak masuk dari sampel pertama, atau
untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari sampel pertama.
Biasanya sampel pertama jumlahnya sangat besar sedangkan sampel kedua jumlahnya
sedikit karena hanya digunakan untuk mengecek saja.
Demikian cara-cara pengambilan sumber data yang
terdapat dalam penelitian sampel. Cara yang telah dipaparkan di atas merupakan
upaya untuk mendapatkan sampel yang benar-benar representatif, karena hasil
penelitian sampel berlaku bagi seluruh populasi.
3. Studi Kasus
Terdapat perbedaan yang sangat jelas antara penelitian
populasi dan penelitian sampel dengan penelitian kasus. Pada penelitian
populasi maupun penelitian sampel, sumber data yang digunakan bisa dalam jumlah
yang sangat banyak dan mencakup wilayah yang luas, tetapi dalam penelitian
kasus, sumber data tidak banyak, cakupan wilayahnyapun sempit, tetapi
penelitian dilakukan lebih intensif dan mendalam. Disamping itu hasil
penelitian populasi berlaku bagi populasi, hasil penelitian sampel bersifat
generalisasi sehingga berlaku bagi seluruh populasi, tetapi hasil penelitian
kasus hanya berlaku bagi kasus itu sendiri.
Dengan demikian, dalam menentukan sumber data bagi
studi kasus sangatlah mudah, karena sumber datanya sangat terbatas yaitu pelaku
kasus atau wilayah yang terkena kasus.
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen merupakan salah
satu penentu keberhasilan penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu
dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan
metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman
wawancara. Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket atau
kuesioner. Metode tes, instrumennya adalah soal tes, tetapi metode observasi,
instrumennya bernama chek-list.
Menyusun instrumen pada
dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah memperoleh
data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur
dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi
instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes.
A. Bentuk-bentuk Instrumen
1. Tes
Tes dapat berupa serentetan
pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar
instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir
soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.
Berdasarkan sasaran dan objek
yang diteliti, terdapat beberapa macam tes, yaitu: a) tes kepribadian atau personality
test, digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang yang menyangkut
konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya,
b) tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui
bakat seseorang, c) tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan
untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang, d) tes sikap atau attitude
test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam menghadapi suatu
kondisi, e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk
menggali minat seseorang terhadap sesuatu, f) tes prestasi atau achievement
test, digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah ia
mempelajari sesuatu.
2. Angket atau Kuesioner
Angket atau Kuesioner adalah
metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya.
Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya
untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan
ketahuinya.
Bentuk kuesioner yang dibuat
sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
a)
kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri,
bentuknya sama dengan kuesioner isian.
b) kuesioner
tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya
sama dengan kuesioner pilihan ganda
c)
kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
d) kuesioner
tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang
lain
e)
check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal
membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia
f)
skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat,
biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju
sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya.
Setelah bentuk kuesioner
ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan dengan
mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian
tidak menanyakan hal yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas
tidak akan di oleh dalam penelitian.
Dalam menata tampilan pada
lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keindahan,
kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena itu diperlukan
kreativitas untuk membuat tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti
penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal yang dianggap penting, penggunaan
warna-warna dan hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas
pengisi, pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat yang berbeda.
3. Interviu
Suatu bentuk dialog yang
dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewer) dinamakan interviu. Instrumennya dinamakan
pedoman wawancara atau inter view guide. Dalam pelaksanaannya, interviu
dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja
kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat interviu
seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul.
Lain halnya dengan interviu
yang bersifat terpimpin, si pewawancara berpedoman pada pertanyaan lengkap dan
terperinci, layaknya sebuah kuesioner. Selain itu ada juga interviu yang bebas
terpimpin, dimana pewawancara bebas melakukan interviu dengan hanya menggunakan
pedoman yang memuat garis besarnya saja.
Kekuatan interviu terletak
pada keterampilan seorang interviewer dalam melakukan tugasnya, ia harus
membuat suasana yang tenang, nyaman, dan bersahabat agar sumber data dapat
memberikan informasi yang jujur. Si interviewer harus dibuat terpancing untuk
mengeluarkan informasi yang akurat tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya
informasi keluar seperti air mengalir dengan derasnya.
4. Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk
mendapatkan data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan
menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu
dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa
pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.
Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan,
biasa digunakan dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja
sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis
kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. Sebagai
contoh, observasi yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang akan diamati
ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang akan di
tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di sekolah
tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-guru, guru
piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan hadir, petugas
administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara peralatan
kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja
dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system),
data yang didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi
warga sekolah dalam suatu hari tertentu.
Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang
dinamakan category system, yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah
variabel. Hal yang diamati terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam
kategori variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati
atau diabaikan saja. Contoh, pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian
yang diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu,
kepala sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat
rancangan program peningkatan kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil
pengamatan menyimpulkan bahwa kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang
baik atau buruk.
Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan,
terdapat juga instrumen observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk
mengamati aspek kejiwaan. Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada
responden untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar
serta rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana sumber
data dapat diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan.
5. Skala Bertingkat atau Rating Scale
Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih
memudahkan peneliti untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang
variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran
subjektif yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating
scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan
mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur.
Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden,
maka perlu diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan
Siegel dalam Suharsimi (2002) faktor yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran
jawaban responden adalah a) persahabatan, (b) kecepatan menerka, (c) cepat
memutuskan, (d) jawaban kesan pertama, (e) penampilan instrumen, (f) prasangka,
(g) halo effects, (h) kesalahan pengambilan rata-rata, dan (i) kemurahan hati.
6. Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam
yaitu pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan
dicari datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan
dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada
intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup
menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list,
peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.
Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian
dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam
penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hhukum, dan
peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat berupa
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak.
B. Validasi Instrumen
Suatu instrumen penelitian dikatakan baik apabila
memenuhi syarat valid dan reliabel. Instrumen yang valid/sahih adalah instrumen
yang mampu mengukur apa yang diinginkan oleh peneliti dan dapat mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang tidak valid tidak akan
mendapatkan data yang benar sehingga kesimpulan penelitian tidak sesuai dengan
kenyataan, sebaliknya apabila instrumen memiliki tingkat validitas yang tinggi
maka akan didapat data yang benar dan kesimpulan penelitian sesuai dengan
kenyataan. Oleh karena itu sebelum instrumen digunakan, perlu dilakukan
validasi instrumen agar instrumen yang digunakan valid atau tepat
mengukur apa yang harus diukurnya.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Langkah yang harus
dilakukan agar instrumen memiliki validitas yang tinggi adalah dengan cara uji
coba instrumen. Teknik yang digunakan untuk uji validitas instrumen terdiri
atas dua macam, yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas
eksternal bersandar pada standar pengukuran yang berada di luar instrumen.
Contoh, untuk mengukur validitas tes kemampuan guru dalam mengajar, caranya adalah
mencobakan tes tersebut kepada guru, hasil yang diperoleh kemudian di
korelasikan dengan nilai kemampuan mengajar yang diperoleh guru tersebut dari
tim penilai sertifikasi profesi guru. Rumus korelasi yang dapat digunakan
adalah rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut (Suharsimi,
2002):
Rumus 1 : dengan nilai simpanganHarga rxy
menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan. Setiap
nilai korelasi mengandung tiga makna, yaitu: (1) ada tidaknya korelasi, (2)
arah korelasi, dan (3) besarnya korelasi.
1. Ada
tidaknya korelasi, ditunjukkan oleh besarnya angka yang terdapat di belakang
koma. Jika angka tersebut terlalu kecil sampai empat angka di belakang koma,
misalnya 0,0002, maka dapat dianggap bahwa antara variabel X dengan variabel Y,
diabaikan. Contoh, diperoleh indeks r = – 0,875 berarti ada korelasi karena
angka di belakang koma cukup besar yaitu tidak diselingi dengan angka nol.
2.
Arah korelasi, yaitu arah yang menunjukkan kesejajaran antara nilai variabel X
dengan nilai variabel Y. Arah dan korelasi ini ditunjukkan oleh tanda hitung
yang ada di depan indeks. Jika tandanya plus (+), maka arah korelasinya
positif, sedang kaläu minus (—) maka arah kore1asinya negatif. Dari contoh
point 1 di atas menunjukkan arah korelasi negatif karena tanda di depan angka
adalah minus (-)
3.
Besarnya korelasi, yaitu besarnya angka yang menunjukkan kuat dan tidaknya,
atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua variabel yang diukur korelasinya.
Dalam ha! menentukan besamya korelasi ini peneliti tidak perlu memperhatikan
tanda hitung yang terdapat di depan indeks, cukup dengan melihat besaran angka
hasil perhitungan. Apabila besaran angka mendekati 1,000 maka indeks
korelasinya besar. Oleh karena itu tanda positif dan negatif tidak dapat
diartikan sebagai besaran dalam garis bilangan.
Validitas lain yang dapat menunjukkan bahwa sebuah
instrumen itu valid adalah validitas internal. Cirinya adalah setiap bagian
instrumen mendukung maksud dari instrumen secara keseluruhan sehingga data dari
variabel yang dimaksud dapat terungkap, artinya instrumen memiliki validitas
internal apabila terdapat kesesuaian antara butir-butir soal tes atau butir
angket dengan keseluruhan instrumen. Untuk menguji validitas internal, diketahui
ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu validitas butir dan validitas faktor.
Validitas butir dicirikan oleh tidak adanya
penyimpangan dari butir-butir instrumen terhadap fungsi instrumen itu sendiri.
Penyimpangan yang terjadi biasanya disebabkan oleh kesalahan berupa memasukkan
butir yang sebenarnya bukan indikator dari variabel yang diteliti, dan membuat
pertanyaan yang jawabannya tidak bervariasi. Pengujian validitas butir
dilakukan dengan cara analisis butir (anabut) dan validitas faktor dilakukan
dengan cara analisis faktor (anafak).
Untuk menguji validitas setiap butir, skor-skor yang
ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Dengan
diperolehnya indeks validitas setiap butir maka dapat diketahui dengan pasti
butir-butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya.
Demikian juga dengan analisis faktor, skor-skor faktor dikorelasikan dengan
skor total setelah setiap faktor dikelompokkan dengan faktor sejenisnya.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabeli apabila
instrumen tersebut konsisten atau ajeg dalam hasil ukurnya sehingga dapat
dipercaya. Instrumen yang reliabel tidak bersifat tendensius yang mengarahkan
responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali
diambil, hasilnya akan tetap sama. Datanya ajeg karena instrumennya dapat
dipercaya. Reliabilitas juga menunjuk pada suatu tingkat keterandalan sesuatu.
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu
reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Reliabilitas eksternal yaitu
reliabilitas instrumen yang diuji dengan teknik paralel dan teknik ulang.
Teknik pertama yakni teknik paralel, peneliti harus menyusun dua stel
instrumen. Kedua instrumen tersebut sama-sama diujicobakan kepada sekelompok
responden saja (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil dan dua kali tes
uji coba tersebut dikorelasikan, dengan teknik korelasi product-moment atau
korelasi pearson. Data uji pertama dianggap X sedangkan data uji kedua dianggap
Y. Tinggi rendahnya indeks korelasi inilah yang menentukan tinggi rendahnya
reliabilitas instrumen. Sedangkan teknik ulang adalah menguji pada sekelompok
responden dengan hanya satu test. Data dari dua hasil uji coba tersebut
dikorelasikan seperti pada teknik paralel. Adapun reliabilitas internal
diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan saja.
Berbagai teknik mencari reliabilitas yang akan
diuraikan di atas dapat dengan rumus Spearman-Brown, rumus Flanagan, dan
lain-lain. Di bawah ini akan dijelaskan satu rumus saja yaitu dari
Spearman-Brown dengan pertimbangan rumus tersebut cukup sederhana.
Dalam menghitung reliabilitas peneliti harus melalui
langkah yaitu membuat tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dari
analisis ini skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian
soal. Ada dua cara membelah yaitu belah ganjil-genap dan belah awal-akhir. Oleh
karena inilah maka teknik Spearman Brown dalam mencari reliabilitas mi juga
disebut teknik belah dua.
Dengan teknik belah dua ganiji-genap peneliti
mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok
skor butir bernomor genap sebagai belahan kedua. Langkah selanjutnya antara
skor butir bernomor ganjil dikorelasikan dengan belahan skor bernomer genap.
Rumus Spearman-Brown adalah sebagai berikut:
Dimana:
r11 =
reliabilitas instrumen
r ½½ =
rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belah
instrumen
Contoh perhitungan misalnya rxy dua belahan
instrumen adalah 0,576
2 x 0,576
r11
= —————– = 0,7309 dibulatkan 0,731
(1 + 0,576)
Contoh perhitungan Spearman-Brown misalnya sebagai berikut:
Diperoleh data skor nilai uji coba instrumen sebagai
berikut:
Dari data di atas diperoleh jumlah skor ganjil dan
genap sebagai berikut:
|
Setelah memperoleh angka
reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut
dengan tabel r product moment yang ada pada lampiran. Dari tabel diketahui
bahwa dengan N = 10, harga rt(5%) = 0,632, dan rt(1%) =
0,765. Dengan begitu maka instrumen tersebut ……… reliabel karena harga rxy
hanya ……… Jadi lebih dari harga rt. Harga rxy …………….
berapapun besarnya menunjukkan bahwa instrumen yang bersangkutan tidak
relaibel
Bagaimana mencari tingkat
reliabilitas pengamatan (observasi). Metode pengamatan memang sangat “rawan”
dalam arti tingkat kemantapannya paling rendah. Jika peneliti menggunakan
angket yang diisi oleh responden, jawabannya masih dapat disimpan oleh peneliti
dan dapat dilihat lagi sewaktu-waktu. Apabila ada satu atau beberapa jawaban
yang diragukan, peneliti dapat mendatangi responden lagi untuk memperoleh
kejelasan. Demikian pula dengan wawancara, pendapat responden yang masih
diraguhakn dapat diwawancara kembali.
Metode pengamatan atau
observasi dilakukan oleh pengamat dengan sasaran benda diam atau proses. Untuk
sasaran benda diam, data dapat diambil lagi sewaktu-waktu apabila ada keraguan
pada diri peneliti. Sebaliknya, apabila sasarannya suatu proses, pengulangan
pengamatan hampir tidák mungkin dilakukan kecuali peneliti mempunyai rekaman
video atau film yang dapat menunjukkan proses yang diamati.
Dengan alasan-alasan tersebut
maka sebaiknya sebelum melakukan pengamatan, para observer atau pengumpul data
perlu dilatih terlebih dahulu untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat.
Sangat disarankan di dalam latihan pengamatan digunakan rekaman video. Namun
apabila tidak ada, hasil pengamatan yang diperoleh dapat lebih baik setelah
dilakukan latihan beberapa kali, dan perbedaan hasil pengamatan sudah sama atau
hanya berbeda sedikit.
PENGUMPULAN
DATA
Kegiatan penelitian yang terpenting adalah pengumpulan
data. Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian,
tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama jika peneliti
menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur subjektif peneliti.
Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara
serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu pengumpulan
variabel yang tepat.
Pengumpulan data dalam penelitian perlu dipantau agar
data yang diperoleh dapat terjaga tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Walaupun telah menggunakan instrumen yang valid dan reliabel tetapi jika dalam
proses penelitian tidak diperhatikan bisa jadi data yang terkumpul hanya onggokkan
sampah. Peneliti yang memiliki jawaban responden sesuai keinginannya akan
semakin tidak reliabel. Petugas pengumpulan data yang mudah dipengaruhi oleh
keinginan pribadinya, akan semakin condong (bias) data yang terkumpul. Oleh
karena itu, pengumpul data walaupun tampaknya hanya sekedar pengumpul data
tetapi harus tetap memenuhi persyaratan tertentu yaitu yang mempunyai keahlian
yang cukup untuk melakukannya.
Mengumpulkan data memang pekerjaan yang melelahkan dan
sulit. Dalam penelitian sosial, bisa jadi petugas pengumpul data berjalan dari
sekolah ke sekolah dan atau dari rumah ke rumah mengadakan interviu atau
membagi angket. Suatu saat terkadang sangat mudah menemukan responden tetapi
pada saat yang lain sangat sulit sehingga menimbulkan keputus asaan. Karena itu
terkadang pekerjaan pengumpul data seperti sering diberikan kepada
pembantu-pembantu peneliti yunior, sedangkan para senior cukup membuat desain,
menyusun instrumen, mengolah data, dan mengambil kesimpulan.
Seperti sudah dijelaskan, data yang diungkap dalam
penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan
kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya atau besar kecilnya kemampuan objek
yang diteliti, seringkali menggunakan tes. Perlu kita ketahui, pelaksanaan tes
bukan hanya untuk mengukur kemampuan manusia tetapi tes dapat juga dilakukan
untuk mengukur kemampuan mesin atau perlengkapan lainnya. juga. Bahkan seekor
binatang seperti anjing pelajar perlu juga di-tes. Dari test akan diketahui ada
yang memiliki kemampuan yang rendah dan ada pula yang tinggi.
Untuk manusia, instrumen yang berupa tes ini dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Untuk
mengukur kemampuan dasar antara lain dengan tes inteligensi (IQ), tes minat,
tes bakat khusus, dan sebagainya. Khusus untuk tes prestasi belajar yang biasa
digunakan di sekolah adalah tes buatan guru dan tes terstandar yang dibuat oleh
tim khusus secara nasional dan internasional.
A. Pengumpulan Data Melalui Kuesioner atau
Angket
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan
kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau
angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data.
Prosedur penyusunan kuesioner:
1.
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2.
Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3.
Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan
tunggal.
4.
Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik
analisisnya.
Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu
mendapat perhatian pula. Apabila salah menentukan sampel, informasi yang kita
butuhkan barangkali tidak kita peroleh secara maksimal.
B. Pengumpulan Data melalui Interviu
Penggunaan metode interviu memerlukan waktu yang cukup
lama untuk mengumpulkan data. Dibandingkan dengan mengedarkan angket kepada
responden, interviu sangat rumit. Dalam melakukan interviu, penelitiharus
memperhatikan sikap pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur
kata, keramahan, kesabaran serta keseluruhan penampilan, akan sangat
berpengaruh terhadap isi jawaban responden yang diterima oleh peneliti. OIeh
sebab itu, maka perlu adanya latihan yang intensif bagi calon interviewer
(penginterviu).
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara
yaitu pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya
memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara
sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman mi lebih banyak
tergantung dan pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.
Jenis interviu mi cocok untuk penelitian kasus. Dan jenis kedua adalah pedoman
wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci
sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check)
pada nomor yang sesuai.
Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk
“semi structured”. Dalam hal mi maka mula-mula interviwer mananyakan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam
mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa
meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.
C. Pengumpulan Data melalui Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah
laku yang digambarkan akan terjadi.
Peranan yang paling penting dalam menggunakan metode
observasi adalah pengamat. Pengamat harus jeli dalam mengamati adalah menatap
kejadian, gerak atau proses. Mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah karena
manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan-kecenderungan yang ada
padanya. Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa
orang. Dengan lain perkataan, pengamatan harus objektif.
D. Pengumpulan Data melalui Dokumentasi
Tidak kalah penting dan metode-metode lain, adalah
metode dokumen- tasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode
mi agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya
masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda
hidup tetapi benda mati.
Seperti telah dijelaskan, dalam menggunakan metode
dokumentasi ini peneliti memegang chek-list untuk mencari variabel yang sudah
ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari, maka peneliti tinggal
membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat
hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel
peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Anonim. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Gall, M.D., Gall, J.P., Borg, W.R. 2003. Educational
Research an Introduction. Boston: Longman. ,
Krathwohl, D.R. 1998. Methods of Educational &
Social Science Research An Integrated Approach. New York: Longman.
Mantra, I.B. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode
Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
MCMillan, J.H dan Schumacher, S. 1997. Research in
Education, a Conceptual Introduction. New York: Longman.
Sevilla, C.G. dkk, 1993. Pengantar Metode
Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Sukmadinata, N.S.2004. Metode Penelitian Lanjutan:
Outline Perkuliahan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Suryabrata, S. 1983. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Artikel terkait :
0 komentar:
Posting Komentar