Sabtu, 07 September 2013

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Media Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di SMA



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan dunia pendidikan ditentukan oleh segenap pemangku pendidikan. Pendidikan bukan urusan pemerintah semata, melainkan semua pihak harus peduli. Semenjak tahun 2006 pemerintah mencanangkan jenis kurikulum yang memberikan keluasan kepada guru untuk merencanakan dan menyusunnya sendiri dengan penyesuaian terhadap konsep-konsep kehidupan murid dan daerahnya yang dikenal dengan KTSP (Muslich, 2007). Namun kenyataan yang selama ini terjadi, penerapan KTSP tersebut belum benar-benar dilakukan oleh sekolah-sekolah adapun yang telah menerapkan hanyalah sebagian saja.
Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih minimnya kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), yang menuntut pembelajaran yang menarik dan menyenangkan baik di atas kertas maupun di depan kelas yang berdampak PBM di sekolah terkesan monoton terkhusus mata pelajaran kimia. Sehingga pembelajaran yang dituntut oleh KTSP sering tidak efektif bagi guru maupun siswa (Hanafi, 2012).
Di SMA N 1 Girsang Sipanganbolon lima dari delapan siswa kelas X berpendapat bahwa belajar kimia itu membosankan dan tidak menarik. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran guru sewaktu mengajar kurang bervariasi dan membatasi siswa berkreasi untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya saat belajar. itu dapat terlihat dari kegiatan siswa waktu kegiatan belajar mengajar kebanyakan dimanfaatkan untuk mendengarkan, melihat, mencatat dan mengerjakan tugas sehingga hasil belajarpun tidak selalu optimal. Hal ini didukung dengan hasil Ujian Nasional (UN) siswa tahun pelajaran 2006/2007 nilai rata – rata kimia 7,3; tahun 2007/2008 nilai rata – rata kimia menjadi 7,34; tahun 2008/2009 nilai rata – rata kimia 7,38; tahun 2009/2010 nilai rata – rata kimia 7,53; dan tahun 2010/2011 nilai rata – rata kimia menjadi 7,12. Oleh sebab itu diperlukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran di sekolah. (http://puspendik.com)
Salah satu upaya agar pembelajaran dapat berjalan efektif, maka diperlukan model-model pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat belajar dengan tuntas dan bermakna. Lebih jauh dikatakan bahwa agar kegiatan belajar mengajar tersebut dapat berjalan dengan baik diperlukan suatu model pembelajaran (Indra, 2010). Model pembelajaran yang dipilih dalam meningkatkan hasil belajar dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching yang diterapkan di SMA N 1 Girsang Sipanganbolon  kelas X dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Pembelajaran ini dapat menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan, yang dapat menciptakan keaktifan siswa, membuat pembelajaran lebih melekat dan optimis. Deporter (2003) mengatakan bahwa “model pembelajaran Quantum Teaching terfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan kelas sehingga interaksi yang terjadi dapat mendirikan landasan dan kerangka untuk landasan”.
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pernah dilakukan dan memberikan hasil yang cukup baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2005) di MTS. Wasliyah Tembung yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari 39,92 % menjadi 66,84% pada materi pokok Gerak Lurus dalam pelajaran fisika. Selain itu Togatorop (2011) yang menggunakan model Quantum Teaching pada  mata pelajaran Kimia di SMA N 5 Medan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 12,99 % pada Pokok bahasan Thermokimia. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhana (2006) di SMA N 5 binjai memperoleh peningkatan 11,48 % pada Materi Fraksi minyak Bumi. Selain itu untuk mengemas model pembelajaran tersebut dengan lebih menarik adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan orang untuk menyampaikan pesan belajar atau informasi belajar.
Media yang digunakan peneliti pada pokok bahasan Hidrokarbon adalah Media dengan Peta Konsep. Penelitian dengan menggunakan media peta konsep juga telah dilakukan sebelumnya dan menghasilkan hasil yang baik. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Hutabarat (2010) dengan menggunakan media peta konsep mengalami perbedaan yang signifikan yaitu dengan nilai rata-rata 77,88 sedangkan tanpa menggunakan media peta konsep hasilnya hanya rata-rata 60,13 pada pokok bahasan Struktur atom. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Novita (2009) diperoleh nilai rata-rata 76,85 % dengan menggunakan media petakonsep sedangkan hasil yang diperoleh tanpa media peta konsep hanya 72,63 pada pokok bahasan Hidrokarbon. Walaupun  penelitian tersebut telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, akan tetapi penulis sebagai peneliti masih ingin melanjutkan penelitian tersebut dengan materi yang sama dan tempat penelitian yang berbeda.
Berdasarkan  hal-hal yang dikemukakan di atas penulis ingin meneliti mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Media Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di SMA
I.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1.      Penerapan KTSP belum benar-benar dilakukan di semua sekolah di Indonesia.
2.      Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep kimia dengan benar yang menyebakan hasil belajar rendah.
3.      Kurangnya pendekatan penggunaan model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
4.     Penggunaan media yang dapat memacu siswa agar belajar dengan lebih baik


I.3 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai beikut :
  1. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Girsang Sipanganbolon Tahun ajaran 2011/2012
  2. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Hidrokarbon dengan submateri pembelajaran yaitu Alkana, alkena dan alkuna , sifat fisik , isomer dan reaksi-reaksi sederhana senyawa karbon.
  3. Model pembelajaran yang digunakan adalan model Quantum Teaching.
  4. Hasil belajar siswa diperoleh secara individu yaitu dari pre test dan post test.
  5. Media yang digunakan adalah media Peta konsep.

I.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian adalah “apakah hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran Quantum teaching dengan Media Peta Konsep lebih baik daripada hasil belajar melalui pembelajaran tanpa model Quantum teaching dengan media peta konsep ?”

I.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah diuraikan dia atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah : Untuk mengetahui apakah hasil belajar melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Media Peta Konsep lebih baik daripada hasil belajar melalui pembelajaran tanpa model Quantum teaching dengan media peta konsep.

I.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.      Bagi siswa, agar kiranya proses belajar mengajar itu tidak membosankan melainkan menjadi lebih menarik untuk diikuti sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.      Bagi guru, agar kiranya metode ini dapat menjadi salah satu alternative metode untuk digunakan dalam proses belajar mengajar untuk memajukan kualitas pendidikan di negeri  ini.
3.      Bagi peneliti lainnya, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau sebagai salah satu sumber informasi.

I.7 Defenisi Operasional
Quantum Teaching merupakan suatu proses pembelajaran dengan menyediakan latar belakangdan strategi untuk meningkatkan proses belajar mengajar dan membuat proses tersebut menjadi menyenangkan.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapa diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
Peta konsep adalah suatu ilustrasi grafis yang konkret yang dapat menunjukkan bagaimana suatu konsep berhubungan atau terkait dengan konsep-konsep lain yang termasuk kategori yang sama. Peta Konsep dapat merupakan suatu skema atau ringkasan dari hasil belajar.
Hidrokarbon adalah senyawa yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Belajar Kimia
            Kimia merupakan studi tentang perubahan materi disertai oleh perubahan energi. Kimia adalah suatu studi yang terpadu yang menyangkut tentang masalah pembuatan, sifat – sifat dan reaksi dari unsur – unsur dan senyawa kimia dan sistem pembentuknya. Kimia sebagai salah satu cabang Ilmu Alam, berkembang sejak manusia memperhatikan keadaan sekelilingnya dan menarik manfaat dari fakta – fakta yang diperoleh untuk kepentingan kelangsungan hidupnya (Tim Pendidikan Kimia, 2008).
            Pada umumnya siswa belajar kimia terjebak pada rumus-rumus kimia dan tidak mengerti tentang hakekat dari rumus kimia. Rumus kimia merupakan gambaran dari kenyataan dari zat-zat kimia yang ada di alam, digambarkan dalam bentuk rumus kimia agar kita dapat mempelajari dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik maka siswa perlu juga memahami hakekat belajar, ciri-ciri dari mata pelajaran, dan obyek yang dipelajari. Obyek dari pelajaran kimia adalah fakta, prinsip, konsep dan hukum dan teori kimia serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.  Bagaimana cara kita agar dapat memahami konsep kimia dengan baik, kita harus pahami bahwa dalam pelajaran kimia tidak ada rumus, tetapi pemahaman konsep. Oleh karena itu, seorang pengajar harus bisa membangun pemahaman siswa
            Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala – gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika dan energi zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori – teori temuan ilmuan kimia) dan sebagai proses kerja atau kerja ilmiah (Suyanti, 2008). Hakekat pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk yang tidak dapat dipisahkan.

2.2. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Kimia
Menurut Winkel (1998), belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Sedangkan menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian/ilmu, berlatih, atau berubahnya tingkah laku/tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Slameto (2003) mendefinisikan belajar sebagai usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan, bukan dari penurunan gen. Ada beberapa hal pokok dalam belajar antara lain:
1.      Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.
2.      Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
3.      Belajar merupakan perubahan yang relatif mantap.
4.      Tingkah laku yang dialami karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik psikis maupun fisik seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor (Sudjana, 1995). Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Gagne (Sudjana, 1995) membagi tiga macam hasil belajar yakni:
a)      Ketrampilan dan kebiasaan
b)      Pengetahuan dan pengertian
c)      Sikap dan cita-cita.
Benyamin Bloom (Sudjana, 1995) mengklasifikasikan hasil belajar yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah sebagai berikut:
a)      Ranah kognitif
Berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
b)      Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, internalisasi.
c)      Ranah psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah nilai yang dicapai seseorang dengan kemampuan maksimal.
Dalam penelitian ini yang akan dicapai adalah pada ranah kognitif yaitu yang berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar individu yang belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003) adalah sebagai berikut :
1)  Faktor dalam, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar. Faktor dalam ini meliputi:
a)      Kondisi fisiologis, misalnya: keadaan jasmani, kondisi panca indera, tidak cacat, dan lain-lain.
b)      Kondisi psikologis, misalnya: kecerdasan, bakat, minat, dan emosi.
2)  Faktor luar, yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang belajar. Faktor luar yang dimaksud adalah:
a)      Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial.
b)      Faktor instrumental, yaitu faktor yang ada dan penggunaannya dirancang  sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental itu antara lain: kurikulum, program pengajaran, sarana dan fasilitas, guru / tenaga pengajar.

2.3 Model Pembelajaran Quantum Teaching
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
            Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatui deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi – asumsi, data – data, dan inferensi – inferensi ynag dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu disain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menujukkan sifat bentuk aslinya (Komarrudin dalam Sagala, 2009).
            Model mengajar menurut Joyce dan Weil (2000:13) adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, disain unit – unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku–buku pelajaran, buku – buku kerja, program multi media, dan bantuan belajar melalui program komputer. Sebab model – model ini menyediakan alat – alat belajar yang diperlukan bagi para siswa. Hakekat mengajar (teaching) menurut Joyce dan Weil adalah membantu para pelajar memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan belajar bagaimana cara belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari mengajar adalah kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif di masa yang akan datang. Model mengajar tidak hanya memiliki makna deskriptif dan kekinian, akan tetapi juga bermakna prospektif dan berorientisasi kemasa depan ( Sagala, 2009).

2.3.2 Pengertian Quantum Teaching
            Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan bermacam-macam interaksi. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif, yang mempengaruhi kesuksesan peserta didik. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat ilmiah peserta didik menjadi cahaya yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.
            Quantum Teaching adalah penggubahan belajar meriah, dengan segala nuansanya. Jadi, jika peserta didik merasakan senang dalam belajar, maka mereka akan lebih efektif. Dengan menggunakan Quantum Teaching peserta didik akan menganggap kegiatan belajar mengajar sebagi suatu ynag menyenangkan dan bukan sebagai beban. Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan unsur-unsur seni dan strategi pencapain tujuan yang sistematis.
            Unsur-unsur seni didalam Quantum Teaching tidak lepas dari gaya belajar yang berbeda yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Ada peserta didik yang belajar dengan cara visual (membaca), Auditorial (mendengar), Kinetik (gerak). Dengan memanfaatkan gaya belajar yang dimiliki setiap pesreta didik, kita dapat membuat mereka bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (Ramli, 2005). Pertama-tama, jelaskan kepada peserta didik bahwa orang belajar denagn cara yang berbeda-beda, dan semua cara baiknya. Setipap cara mempunyai kekuatan sendiri-sendiri. Dalam kenyataan, kita semua memiliki ketiga gaya belajar itu, hanya saja biasanya satu gaya lebih mendominasi dari pada gaya yang lainnya.

2.3.3 Model Quantum Teaching
Unsur-unsur dalam Quantum Teaching dapat dibagi menjadi dua kategori : konteks dan isi
            Konteks yaitu penataan panggung belajar. Guru membuat kelas menjadi “rumah” tempat peserta didik tidak hanya terbuka terhadap umpan balik, tetapi juga mencarinya, tempat mereka belajar mengakui dan mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh.
Penerapan Quantum Teaching dari seksi Konteks, yaitu (De Porter, 2003)
1.      Suasana yang memberdayakan
Suasana yang mencakup bahasa ynag diplih, cara yang menjalin rasa simpati dengan siswa dan sikap terhadap sekolah mengenai belajar. Suasana yang penuh kegembiraan pula dalam belajar.
2.      Landasan yang kukuh
Landasan adalah kerangka kerja : tujuan, kenyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.
3.      Lingkungan yang mendukung
Lingkungan adalah cara menata ruang kelas : pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi dan semua hal yang mendukung proses belajar.
4.      Rancangan belajar yang dinamis
Rancangan adalah penciptaan (rancangan pengajaran) yang terarah ke unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi (De Porter,   2003).
            Isi yaitu fasilitas keterampilan didalam penyampaian kurikulum seperti strategi penyajian, fasilitas dan keterampilan didalam mengajar. Seperti didalam penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk mengajar.
Penerapan Quantum Teaching dari seksi Isi, yaitu
1.   Penyajian yang prima
Sedapat mungkin menyajikan kurikulum dengan ketakjuban, minat, pesona, antusiasme dan memadukannya sesuai modalitas dan gaya pelajarnya.
2.   Fasilitas yang luwes
Menfasilitasi, yaitu : memudahkan tingkat fasilitas partisipasi siswa seperti yang diinginkan, sehingga siswa mudah untuk belajar.
3.   Ketermpilan belajar-untuk-belajar
      Ada lima keterampilan hidup akan membantu membentuk suasana dan landasan yang kukuh di kelas. Dengan menggunakan komunikasi yang jernih, membangun perhatian atau menciptakan lingkungan kelas yang aman untuk belajar.
4.   Ketrampilan hidup
      Ketrampilan hidup akan membantu membentuk suasana dan landasan yang kukuh di kelas. Dengan menggunakan komunikasi yang jernih, membangun perhatian atau menciptakan lingkungan kelas yang aman untuk belajar.

2.3.4 Asas Utama Quantum Teaching
            Asas utama dari  Quantum Teaching adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksud dari asas utama Quantum Teaching adalah pertama-tama, guru harus membangun jembatan untuk memasuki dunia kehidupan peserta didik, dengan cara memahami apa yang mereka inginkan, menciptakan hubungan yang harmonis, menjalin rasa simpatik dan rasa pengertian antara kita sebagai guru dan mereka sebagai peserta didik. Karena dengan kita memasuki dunia mereka akan memberi kita izin untuk memimpin, menuntut dan memudahkan peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar (De Porter, 2003).
DUNIA MEREKA
DUNIA
KITA
DUNIA MEREKA
 


 



Gambar 2.1 Asas utama metode Quantum Teaching ( De Porter, 2003)
            Setelah peserta didik masuk kedunia kita maka kaitan antara guru dan peserta didik telah terbentuk. Dengan kaitan yang terbentuk guru dapat membawa mereka kedalam dunia kita dengan cara kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya jembatan yang terbentuk memudahkan guru untuk melibatkan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, memudahkan pengelolaan kelas dan meningkatkan kegembiraan. Karena peserta didik memiliki perasaan percaya, aman dan gembira pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung peserta didik tidak lagi merasa sekolah itu menakutkan, guru itu musuh, dan nmereka menganggap akan gagal dalam proses pembelajaran. Dengan sendirinya peserta didik akan merasakan sekolah itu menakutkan bukanlah suatu yang harus ditakuti, sehingga peserta termotivasi untuk belajar lebih baik.

2.3.5 Prinsip-prinsip Quantum Teaching
Dalam model pembelajaran Quantum Teaching memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut (De Porter, 2003) :
1.      Segalanya berbicara
Maksudnya segala sesuatu yang ada di lingkungan pembelajaran memiliki makna dan memiliki pengaruh terhadap hasil pembelajaran. Segala sesuatu yang dimaksudkan di sini tidak hanya benda, akan tetapi termasuk bahasa tubuh, suara dan lain sebagainya. Oleh sebab itu guru dalam melaksanakan pembelajaran perlu memperhatikan segala hal yang berada di lingkungan kelasnya.
2.      Segalanya bertujuan
Segala aktivitas baik yang dilakukan guru maupun siswanya memiliki tujuan. Oleh sebab itu, guru harus mengarahkan aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Pemberian nama
Untuk merangsang siswa untuk lebih tahu maka guru perlu menyampaikan informasi tentang nama tujuan yang hendak dicapai. Dengan mengetahui tentang tujuan dari sesuatu tindakan akan menjadikan siswa terangsang untuk mengetahui dari apa yang mereka pelajari.
4.      Mengakui setiap usaha memiliki makna bagi dirinya
Untuk mendorong siswa mau belajar, maka guru perlu mengakui setiap keberhasilan yang diperoleh oleh siswanya.
5.      Jika layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan
Perayaan terhadap keberhasilan dapat meningkatkan dapat meningkatkan kemajuan belajar siswa. Oleh sebab itu, jika siswa memperoleh keberhasilan dalam proses pembelajaran maka sudah sewajarnya apabila mendapat perayaan (De Porter, 2003).
            Dalam melakukan pengajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching harus memperhatikan prinsip-prinsip Quantum Teaching ini. Prinsip-prinsip Quantum Teaching ini tidak dapat dipisahkan anatra satu dengan yang lain  di dalam pelakasanaanya supaya tujuan pembelajaran yang akan diharapkan dapat tercapai.

2.3.6 Kerangka Rancangan Quantum Teaching
            Apapun mata pelajaran, tingkat kelas, atau pendengar, kerangka ini menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap mata pelajaran. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri dan mencapai sukses (De Porter, 2003). Di bawah ini adalah tinjauan sekilas mengenai kerangka rancangan Quantum Teaching ( TANDUR) dan maknanya yaitu (De Porter, 2003)
1.      Tumbuhkan
Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu dalam bentuk : Apakah Manfaatnya Bagiku (AMBAK) jika aku mengikuti topik pelajaran ini dengan guruku ? Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran anda, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan. Tumbuhkan pada niat yang kuat pada diri anda bahwa anda akan menjadi guru dan pendidik hebat.
2.      Alami
Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk “menjelajah”. Cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Kegiatan apa yang dapat diberikan agar pengetahuan dan ketrampilan yang sudah dimiliki siswa bertambah.
3.      Namai
Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya, ajak mereka untuk menempelkan nama-nama tersebut di dinding kelas dan kamar tidurnya.
4.      Demonstrasikan
Melalui pengalaman belajar siswa mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan (kompetensi) dan informasi (nama) yang cukup, sudah saatnya dia mendemonstrasiakan dihadapan guru, teman, maupun saudara-saudaranya.
5.      Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini!”.
6.      Rayakan
Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Jadi, jika siswa sudah mengerjakan tugas dan kewajiban dengan baik, layak untuk dirayakan lewat : Bertepuk tangan, bernyanyi bersama-sama, atau secara bersama-sama mengucapkan : “Aku Berhasil!”

2.4 Media Pembelajaran
Pengertian Media
            Kata “ media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi informasi belajar atau penyalur pesan (Tambunan dan Simanjuntak, 2010).
            Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Associatian of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang merangsang untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Tambunan dan Simanjuntak, 2010).
            Asosiasi Pendidikan Nasional (National Aducation Associatioan/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi , dapat dilihat, didengar atau dibaca. Apapun batasan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

2.5 Media Peta Konsep
            Peta Konsep adalah suatu ilustrasi grafis yang konkrit yang dapat menunjukkan bagaimana suatu konsep berhubungan atau terkait dengan konsep-konsep yang lain yang termasuk kategori yang sama. Peta konsep dapat merupakan suatu skema atau ringkasan dari hasil belajar.
            Media peta konsep adalah alat dasar utama dari teori psikologi kognitif, pembentukan pengertian sebagai penjelasan yang ringkas dan sebagai kerangka perbandingan yang dibentuk mulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan dengan yang lainnya sehingga membentuk pengetahuan dalam mempermudah pemahaman suatu topik.
            Peta Konsep membentuk jalinan antar konsep yang dipelajari siswa. Dengan menggunakan petakonsep dalam pembelajaran maka dapat diperkirakan kedalaman dan keluasan konsep yang diajarkan. Kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya bagi peserta didik merupakan hal yang penting dalam belajar, sehingga apa yang dipelajari peserta didik menjadi lebih bermakna dan lebih mudah diingat.
            Beberapa ciri-ciri petakonsep adalah :
1.      Peta konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dari satu bidang studi agar lebih jelas dan bermakna.
2.      Peta konsep merupakan suatu gambar yang berbentuk dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi yang memperlihatkan tata hubungan antara konsep-konsep,. Peta konsep memperlihatkan hubungan-hubungan konsep antara satu dengan yang lainnya.
3.      Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, ia dapat berbentuk aliran air, cabang pohon, urutan kronologis dan lain sebagainya.
4.      Peta konsep berbentuk hirarki, manakala suatu konsep dibawahnya terdapat beberapa konsep, maka konsep itu lebih terurai secara jelas sehingga apapun yang berkaitan dengan konsep tersebut akan timbul.
Langkah-langkah pengembangan petakonsep adalah :
a)      Menuliskan di kertas seluruh konsep atau nama topik yang berkaitan dengan bidang umum yang diajarkan.
b)      Memperhatikan adanya fakta-fakta (contoh-contoh) khusus yang penting untuk dipelajari siswa.
c)      Memilih konsep yang paling umum dan ditempatkan di bagian atas kertas.
d)     Menambahkan berikutnya konsep yang lebih khusus di bawah konsep umum tadi. Hubungkan keduanya dengan garis penghubung yang diberi lebel penghubung.
e)      Setelah penulisan konsep yang lebih khusus di baris kedua, melanjutkan penuisan konsep lain yang lebih khus di baris ketiga, dan seterusnya.
f)       Melengkapi dengan garis penghubung antar konsep sehingga seluruh hirarki menyerupai piramida. Jangan lupa menuliskan label penghubungpada garis tersebut untuk menunjukkan keteraturan antar konsep.
g)      Setelah seluruh peta konsep terbentuk, menandai konsep khusus yang terutama menarik bagi siswa atau tingkat kesulitannya tepat bagi siswa.
Manfaat peta konsep
            Dalam dunia pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan. Menurut Dahar  (1989) manfaat peta konsep antara lain :
1.      Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.
2.      Mempelajari cara belajar siswa.
3.      Mengungkap konsep yang salah
4.      Sebagai alat evaluasi.
2.6 Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain. (http://sahri.ohlog.com/hidrokarbon.cat3518.html)
Atom karbon memiliki empat elektron pada kulit terluarnya, sehingga untuk mencapai susunan elektron yang stabil seperti susunan elektron gas mulia memerlukan empat elektron lagi. Setiap atom karbon dapat membentuk empat ikatan kovalen dengan atom lain. Kekhasan atom karbon adalah kemampuan atom karbon ini untuk berikatan dengan atom karbon lainnya.
Kemampuan atom karbon mengikat atom karbon lain menyebabkan atom karbon mempunyai empat macam kedudukan yaitu :
1)      Atom C primer adalah atom C yang mengikat satu atom C lainnya.
2)      Atom C sekunder adalah atom C yang mengikat dua atom C lainnya.
3)      Atom C tersier adalah atom C yang mengikat tiga atom C lainnya.
4)      Atom C kwarterner adalah atom C yang mengikat empat Atom C lain.
Berdasarkan ikatan yang terdapat pada rantai karbonnya, hidrokarbon dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)      Hidrokarbon Jenuh, yaitu hidrokarbon yang memiliki ikatan tunggal antaratom C. Hirdokarbon ini disebut alkana.
2)      Hidrokarbon Tak Jenuh, yaitu hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap antaratom C. Hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap dua antaratom C disebut alkena, sedangkan hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap tiga antaratom C disebut alkuna.
Penggolongan hidrokarbon berdasarkan bentuk rantai karbon yaitu hidrokarbon alifatik, alisiklik atau aromatik. Hidrokarbon alifatik adalah hidrokarbon rantai terbuka yang meliputi rantai karbon lurus dan rantai karbon bercabang. Sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatis memiliki rantai lingkar (tertutup). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatis berikatan konjugat, yaitu ikatan tunggal dan rangkap berselang seling
1.        Alkana
Senyawa alkana merupakan hidrokarbon alifatik (rantai lurus) jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal.
Rumus umum senyawa alkana dapat dinyatakan dengan rumus CnH2n+2. Satu kelompok senyawa karbon dengan rumus umum yang sama dan sifat yang mirip disebut suatu homolog.
Rumus molekul dan nama alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 10, ditunjukkan oleh tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Nama dan Rumus Molekul Senyawa Alkana Rantai Lurus
No
Nama
Rumus Molekul
1
Metana
CH4
2
Etana
C2H6
3
Propana
C3H8
4
Butana
C4H10
5
Pentana
C5H12
6
Heksana
C6H14
7
Heptana
C7H16
8
Oktana
C8H18
9
Nonana
C9H20
10
Dekana
C10H22
(Sutresna : 2007)
Tata nama senyawa alkana :
1)        Alkana rantai lurus
Rantai lurus diberi nama normal atau disingkat dengan n-.
2)   Alkana rantai cabang
Untuk memberi nama hidrokarbon yang bercabang, maka perlu mengenal gugus-gugus yang bernama alkil, yaitu senyawa alkana yang kehilangan satu atom H, dengan rumus umum CnH2n+1. Gugus alkil terikat pada rantai utama. Nama gugus alkil disesuaikan dengan nama alkana asalnya, tetapi akhiran –ana diganti –il (alkana menjadi alkil).
Tabel 2.2. Beberapa Contoh Gugus Alkil dari Senyawa Alkananya
Alkana
Nama
Gugus Alkil
Nama
CH4
C2H6
C3H8
C6H14
C8H18
Metana
Etana
Propana
Heksana
Oktana
CH3
C2H5
C3H7
C6H13
C8H17
Metil
Etil
Propil
Heksil
Oktil

Cara memberi nama alkana berdasarkan aturan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) sebagai berikut:
a)         Tentukan rantai karbon terpanjang (rantai utama).
b)        Tentukan cabang-cabang alkil.
c)         Penomoran dimulai dari atom C yang terletak paling dekat ke atom C yang mengikat gugus cabang.
d)        Jika terdapat lebih dari satu rantai cabang yang sama, rantai cabang tersebut diberi awalan sebagai berikut :
2 = di                   5 = penta                8 = okta
3 = tri                   6 = heksa                9 = nona
4 = tetra               7 = hepta                10= deka
e)         Penulisan urutan gugus alkil yang berbeda berdasarkan abjad.
f)         Gabungkan nomor dan nama cabang ke dalam rantai utama, sehingga urutan penamaannya sebagai berikut:
Nomor Cabang – Nama Cabang – Nama Rantai Utama
Sumber dan kegunaan alkana
Alkana dalam kehidupan sehari – hari adalah sebagai bahan bakar, pelarut, sumber hidrogen, pelumas, bahan baku untuk senyawa organik lain dan bahan baku industri.


Sifat Fisik Alkana
     Alkana yang mempunyai rantai karbon panjang mempunyai titik didih dan titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan alkana yang berantai karbon pendek.
     Titik didih alkana naik searah dengan jumlah atom karbonnya. Pada suhu ruang dengan takanan 1 atm, alkana dengan C1 sampai C4 berwujud gas, C5 sampai C17 berwujud cair, dan selanjutnya berwujud padatan.
2.        Alkena
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap dua (-C=C-). senyawa yang memiliki dua ikatan rangkap disebut alkadiena. Rumus umum senyawa alkena adalah CnH2n. Rumus molekul dan nama alkena dengan jumlah atom karbon 2 sampai 10, ditunjukkan oleh tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3. Nama dan Rumus Molekul Senyawa Alkena Rantai Lurus
No
Nama
Rumus Molekul
2
Etena
C2H4
3
Propena
C3H6
4
Butena
C4H8
5
Pentena
C5H10
6
Heksena
C6H12
7
Heptena
C7H14
8
Oktena
C8H16
9
Nonena
C9H18
10
Dekena
C10H20

Tata nama senyawa alkena :
1)        Rantai lurus
a)    Nama alkena di dapat dari nama alkana yang sesuai (jumlah atom karbonnya sama) dengan mengubah akhiran ‘ana’ menjadi ‘ena’.
b)   Ikatan antara C C di beri nomor, untuk menunjukkan tempat ikatan rangkap.
Contoh :
                2-pentena
2)      Rantai bercabang
a)    Tentukan rantai karbon terpanjang (rantai utama).
b)   Penomeran untuk atom C dimulai dari salah satu ujung rantai sedemikian sehingga ikatan rangkap mendapat nomor terkecil.
c)    Aturan penomoran lainnya seperti pada senyawa alkana.
Contoh:
7        6       5       4      3       2      1
3,6-dimetil-3-heptena
Perhatikan bahwa pemberian nomor atom C tidak dimulai dari arah yang cabang metilnya lebih dekat ke ujung rantai, melainkan dimulai dari arah penomeran untuk ikatan rangkapnya.
Sumber dan Kegunaan Alkena
     Alkena dibuat dari alkana melalui pemanasan atau dengan bantuan katalisator, proses yang disebut juga cracking. Alkena khususnya suku – suku rendah adalah bahan baku industri yang sangat penting, misalnya untuk membuat plastik, karet sintetik, dan alkohol.
Sifat Fisik Alkena
     Titik didih alkena naik searah dengan jumlah atom karbonnya. Pada suhu ruang dengan tekanan 1atm alkena dengan C1 sampai C3 berwujud gas, C4 sampai C18 berwujud cair dan selanjutnya berwujud padatan.

3.        Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh, yang mengandung ikatan rangkap tiga (C≡C). Golongan alkuna yang paling sederhana yaitu etuna, dengan jumlah atom C = 2. Rumus umum alkuna adalah CnH2n-2. Rumus molekul dan nama alkuna dengan jumlah atom karbon 2 sampai 10, ditunjukkan oleh tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.4. Nama dan rumus molekul senyawa alkuna rantai lurus
No
Nama
Rumus Molekul
2
Etuna
C2H2
3
Propuna
C3H4
4
Butuna
C4H6
5
Pentuna
C5H8
6
Heksuna
C6H10
7
Heptuna
C7H12
8
Oktuna
C8H14
9
Nonuna
C9H16
10
Dekuna
C10H18
Aturan pemberian nama alkuna, baik dalam rantai lurus maupun bercabang, sama dengan aturan pemberian nama pada alkena. Akan tetapi, nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran “-ana” menjadi “-una”.
Contoh :
6-etil-3-metil-4-oktuna
Sifat Fisik Alkuna
Titik didih alkuna naik searah dengan jumlah atom karbonnya. Pada suhu ruang dengan 1 atm alkena dengan C1 sampai C3 berwujud gas, C4 sampai C18 berwujud cair dan selanjutnya berwujud padatan.
4.        Keisomeran Senyawa Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon dapat membentuk isomer (berasal dari bahasa Yunani : iso = sama dan meros = bagian). Jadi, isomer adalah senyawa yang memiliki rumus molekul yang sama, tetapi struktur molekulnya berbeda.
Terdapat 2 jenis isomer senyawa hidrokarbon, yaitu:
a)      Keisomeran struktur dapat berupa isomer rangka, posisi dan gugus fungsi. Isomer rangka adalah keisomeran karena perbedaan kerangka atom diantara senyawa – senyawa dengan rumus molekul sama. Senyawa – senyawa yang merupakan isomer kerangka mempunyai panjang rantai karbon yang berbeda.
Contoh :
                                                n-butana
                                                isobutana

Isomer posisi adalah senyawa dengan rumus molekul dan gugus fungsional sama, namun memiliki posisi gugus fungsional berbeda.
Contoh :
                                                1-butena
                                                2-butena
b)      Keisomeran ruang dapat dibedakan atas  isomer geometri dan isomer  optik. Isomer geometri adalah senyawa dengan rumus molekul, gugus fungsional, dan posisi gugus fungsional yang sama, namun bentuk geometri berbeda. Isomer geometri terdiri atas isomer cis-trans.
Contoh :
                               
cis-2-butena                                     trans-2-butena
 (Sutresna, 2007)
Reaksi-Reaksi Hidrokarbon
1)        Reaksi oksidasi (reaksi pembakaran)
 Pembakaran hidrokarbon dengan oksigen menghsilkan C,CO,CO2 dan H2O bergantung pada pembakaran sempurna atau tidak. Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks. Perhatikan perubahan bilangan oksidasi masing-masing unsur dalam senyawanya pada reaksi pembakaran tertentu.
 

(g)        +          2O2 (g)                           CO2 (g)    +  2 H2O (g)
Metana                 oksigen                                    karbondioksida
2)        Reaksi substitusi
Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian suatu atom oleh atom lain.
                  +  Cl2                                                   +          H – Cl

                                                      Klorometana
3)        Reaksi adisi
Reaksi adisi adalah reaksi pengubahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal.
·           Reaksi alkena dengan halogen menghasilkan dihaloalkana
+ Br –Br                     

            Propena                                               1,2 dibropropana
·           Adisi alkena dengan hidrogen menghsilkan alkana
+ H-H                         
            2-butena                                              n-butana
·           Adisi alkena dengan hidrogen halida (HX) menghasilkan alkil halida.
+ HX

Alkena                               alkil halida      
·           Adisi alkena dengan air (H2O) menghasilkan alkohol (R-OH)
+ H-OH
           
Propena                                                     2-propanol      
     
4)        Reaksi eliminasi
Reaksi eliminasi adalah reaksi pelepasan suatu molekul(YZ) dari atom-atom yangberdekatan dalam suatu pereaksi.
                                                                        + YZ




2.7 Kerangka Konseptual
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan di sekolah. Melalui proses belajar mengajar di sekolah akan menghasilkan atau menciptakan manusia  yang berprestasi di bidangnya masing-masing.  Hal ini dapat dicapai jika proses  mengajar itu berlangsung dengan baik. Untuk meningkatkan hasil belajar yang baik maka diperlukan metode atau model pembelajaran yang sesuai agar pelajaran tersebut lebih mudah dimengerti dan dipahami.
            Model pembelajaran Quantum Teaching adalah suatu model pembelajaran alternatif yang dapat membantu menumbuhkan minat peserta didik untuk terus belajar dengan semangat. Quantum Teaching adalah suatu metode pengajaran yang mampu menciptakan rasa senang dalam diri peserta didik pada saat proses kegiatan belajar mengajar. Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar siswa dengan cara bagaimana guru memudahkan unsur-unsur seni dan strategi pencapaian tujuan yang sistematis (DePorter, 2003). Menurut Combs apabila kita ingin memahami perilaku anak kita harus mencoba memahami dunia persepsi anak itu. Apabila suatu perbuatan menyenangkan maka perbuatan itu cenderung diulangi , dan apabila tidak menyenangkan maka ia cenderung menolaknya (Tambunan dan Simanjuntak, 2010)
Dengan dukungan media yang digunakan peserta didik akan mengikuti perkembangan dan perubahan struktur kognitif dengan media peta konsep dalam proses belajar mengajar sehingga dengan mudah akan dapat mengingat apa yang telah diterima. Rasa tertarik dan kenyamanan siswa dalam belajar di sekolah akan semakin memacu semangat siswa dalam belajar dan mengulangi pelajaran tersebut. Jika semakin sering mengulangi maka pengetahuan yang diterima oleh siswa akan masuk ke memori jangka panjangnya sehingga akan mengingat dalam jangka waktu lama dan ketika dievaluasi maka pengetahuan itu akan muncul dengan segera (santrock, 2008), tentunya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2.8 Uji Hipotesis
Hipotesis Verbal
Ho: Hasil belajar melalui Penerapan model pembelajaran Quantum teaching dengan Media Peta Konsep tidak lebih baik daripada hasil belajar melalui pembelajaran tanpa model Quantum teaching dan dengan media peta konsep.
Ha: Hasil belajar melalui Penerapan model pembelajaran Quantum teaching dengan Media Peta Konsep lebih baik daripada hasil belajar melalui pembelajaran tanpa model Quantum teaching dan dengan media peta konsep
Hipotesis Statistik
Ho  =  µ1 ≤ µ2
Ha  =  µ1 > µ2


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
            Penelitian dilaksanakan di kelas X semester I SMA Negeri 1 Parapat Girsang Sipanganbolon . Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan  April-Mei 2012 
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
            Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Parapat yang terdiri dari 7 kelas dan masing-masing kelas terdiri dari rata-rata 40 orang siswa. Sampel diambil secara random sampling yaitu sebanyak 2 kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen I  dan kelas eksperimen II.
3.3. Variabel Penelitian
            Adapun yang menjadi variabel penelitian adalah:
1.      Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching  dengan media peta konsep pada pokok bahasan Hdrokarbon di kelas X SMA.
2.      Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil  belajar kimia siswa kelas X SMA pada pokok bahasan Hidrokarbon.
3.      Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah :
a.       Bahan ajar : kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II mendapat materi yang sama yaitu hidrokarbon.
b.      Waktu : banyaknya waktu yang digunakan untuk pengajaran di kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II  adalah sama yaitu 2x45 menit setiap pertemuan.
c.       Guru yang mengajar sama.

3.4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental. Dalam melaksanakan penelitian melibatkan 2 perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen I  dan kelas eksperimen II. Disain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Uji Awal dan Akhir Kelompok Kontrol Acak (Randomized Control-Group Pretest-Posttest Design).          
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Kelas
Pre-Test
Perlakuan
Post-Test
Eksperimen 1
T1
X1
T2
Eksperimen 2
T1
X2
T2
Keterangan :
X1     :Perlakuan melalui pembelajaran Quantum Teaching dengan media peta    konsep
X2     :Perlakuan melalui metode ceramah dan tanya jawab dengan media peta konsep
 T1  :    Pre-Test                    
 T2  :    Post-Test
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut
1.      Tahap persiapan
a.       Menyusun jadwal penelitian
b.      Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
c.       Menyiapkan instrumen penelitian
2.      Tahap pelaksanaan
a.       Menentukan kelas sampel dari populasi yang ada secara random sampling.
b.      Memberikan pretest untuk mengetahui hasil belajar awal siswa.
c.       Menentukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
d.      Melakukan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan peta konsep pada kelas eksperimen I dan tanpa model pembelajaran Quantum Teaching (metode ceramah dan tanya jawab) dengan media peta konsep pada kelas eksperimen II.
e.       Memberikan postest untuk mengetahui hasil belajar akhir siswa.
f.       Mengolah kemudian menganalisis data hasil tes.
g.      Melakukan uji hipotesis.
h.      Kesimpulan
Penelitian ini dapat didesain sebagai berikut :   Gambar 3.1. Skema  Penelitian
POPULASI
                               
Post - Test
SAMPEL
Pre-test
Kelas eksperimen I
Pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan media peta konsep
Kelas eksperimen II
Pembelajaran melalui metode ceramah dan tanya-jawab dengan media peta konsep
Hasil Belajar
                                                   
Pengumpulan data

       
Kesimpulan
Analisis Data
 
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini termasuk data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada pokok bahasan Hidrokarbon. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa adalah tes yang berbentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban.
Sebelum dilakukan penelitian, instrumen yang telah disusun terlebih dahulu diuji cobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran tes. Untuk mengujinya maka dalam penelitian ini  akan digunakan analisis sebagai berikut : 
3.5.1. Uji Validitas Tes
            Menurut Arikunto (2006) bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Untuk menghitung validitas tes digunakan rumus koefisien korelasi product moment yaitu :
            r =
Dimana : N = Jumlah seluruh sampel
               r = Koefisien korelasi
              X   = Nilai untuk setiap item tes
              Y   = Nilai total seluruh item tes
Dengan kriteria : item tes dinyatakan valid jika rxy >rtabel  (α = 0,05).
3.5.2. Uji Reliabilitas Tes
            Suatu instrument dikatakan reliable, berarti instrument ini cukup baik sehingga dapat mengungkapkan data yang dipercaya. Untuk menguji reabilitas tes digunakan rumus Kuder dan Richardson (KR-20), (Arikunto, 2006).
Keterangan : R11= koefisien reliabilitas instrumen
                        K = jumlah butir instrumen
                        S2= varians total
                        p= proporsi subjek yang menjawab benar
                        q= proporsi subjek yang menjawab salah (q=1-p)
Dengan kriteria pengujian:
Jika r hitung > r tabel untuk α = 0,05 maka tes tersebut dinyatakan reliabel.
3.5.3. Tingkat Kesukaran Tes
            Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item itu tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah  dengan kata lain derajat kesukaran item itu sedang atau cukup.
Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah:                                               
                                 P =              (Arikunto, 2009)                           
Dimana:
            P          :  indeks kesukaran item.
            B         :  jumlah peserta tes yang menjawab benar
            JS        :  jumlah peserta tes
                Penafsiran terhadap angka indeks kesukaran item dikemukakan sebagai berikut:
Tabel: 3.2. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Besar P
Interpretasi
P<  0.30
0.30 ≤ P ≤ 0.70
0.70 < P
Terlalu sukar
Cukup (sedang)
Terlalu mudah

3.5.4. Daya Pembeda Tes
            Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang pandai). Untuk menentukan daya beda masing-masing item tes dengan rumus (Arikunto, 2009) yaitu :
            D =
Dengan :
D      = Daya pembeda
BA      = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas
BB     = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah
JA        = Jumlah siswa pada kelompok atas
JB      = Jumlah siswa pada kelompok bawah
JB     = Banyaknya peserta kelompok bawah
Klasifikasi daya pembeda :
D       = 0,00-0,20 : Soal dikategorikan jelek
D       = 0,21-0,40 : Soal dikategorikan cukup
D       = 0,41-0,70 : Soal dikategorikan baik sekali
D       =   Negatif, tidak baik maka soal yang mempunyai nilai negatif sebaiknya             dibuang saja
3.6  Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.        Menghitung skor mentah
2.        Menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku
a.    Menentukan nilai rata-rata
 
Keterangan :
X       =   Mean nilai siswa
∑Xi    =   Jumlah nilai siswa
N       =   Jumlah sampel
b.    Menghitung standard deviasi
Standard deviasi dapat dicari dengan rumus:
                                               
Selanjutnya menghitung varians dengan memangkat duakan standard deviasi.
3.6.1 Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak, untuk itu digunakan pengujian normalitas data dengan Chi kuadarat (X2) (Silitonga, 2011). Langkah – langkah yang harus dilakukan adalah:
1.        Menentukan jumlah kelas interval diamna untuk uji Chi kuadrat jumlah interval ditetapkan 6, sesuai dengan 6 bidang kurva normal baku.
2.        Menentukan panjang kelas interval (PK), dengan rumus:
PK =                           
3.        Menghitung standar deviasinya (S)
4.        Membuat tabel penolong
5.        Membandingkan harga Chi kuadrat hitung dengan Chi kuadrat tabel, yang dperoleh dari persamaan:
Dimana :  fo    = frekuensi/jumlah data hasil observasi
                   fh    = frekuensi/jumlah data yang diharapkan (persentase luas bidang dikalikan dengan banyaknya data)
                   X2   = harga Cji kuadrat
6.        Kriteria pengujian dengan α = 0.05 dan db = k-1, k adalah banyaknya kelas. Jika X2 hitung <  X2tabel, maka sampel dari populasi berdistribusi normal

3.6.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data nilai postes homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan rumus varians (Sudjana, 2005) :
            Fhitung =                                
F hitung dikonsultasikan dengan tabel distribusi frekuensi F(α = 0.05). Jika Fhitung <  Ftabel maka kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen.


3.6.3 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji-t (pihak kanan) untuk n1≠ n2 (Sudjana, 2005) pada persamaan 3.8.
                                                            (Silitonga, 2011)        
Dimana: SP =               
t hitung    = Harga t hasil perhitungan
       = Rata-rata gain kelas eksperimen.
      = Rata-rata gain kelas kontrol.
n1         = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2         = Jumlah siswa kelas kontrol
S12          = Varians kelas eksperimen
S22          = Varians kelas control
Sp        = varians gabungan
Hipotesis Ha diterima apabila thitung > ttabel, dimana ttabel  diperoleh  dari daftar distribusi t dengan α = 0,05 dan dk = n1 + n2 – 2.




3.6.4 Uji Peningkatan Hasil Belajar (Gain)
Peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dapat dilihat dengan menggunakan rumus :
Dengan kriteria :
g < 0,3             = Rendah
0,3 < g < 0,7   = Sedang
g > 0,7             = Tinggi






Artikel terkait :

*      Kaset karate



Comments
2 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

2 komentar:

  1. Makasih mas,,posting yang sangat bermanfaat khususnya bagi tugas kuliah saya.. tapi kepustakaannya/referensinya ga ada mas ?

    BalasHapus
  2. trimakasih juga atas kunjungannya
    usul saya coba tanya ke pembingbingnya apa bisa sumbernya dari internet
    klw bisa buat aja sumbernya alamat html artikel ini. trimakasih

    sebenarnya di Pd saya ad daftar pustakanya tapi sengaja tdk saya masukkan.

    BalasHapus