Mengajar adalah menggunakan seluruh kemampuan yang
dimiliki sehingga pencapaian tujuan dapat dicapai dengan sempurna. Pembelajaran
bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja, melainkan
mencakup semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar
manusia.
Prinsip-Prinsip Umum Pembelajaran
• Respon yang berakibat menyenangkan peserta didik;
• Kondisi atau tanda untuk menciptakan perilaku tertentu;
Dalam setiap pembelajaran berarti akan ada:
1 Peristiwa belajar-mengajar terjadi apabila sebyek didik
secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru
2 Proses belajar-mengajar yang afektif memerlukan strategi
dan media/teknologi pendidikan yang tepat
3 Program belajar-mengajar dirancang dan diimplementasikan
sebagai suatu system
4 Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian
seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
5 Pembentukan kompetensi professional memerlukan
pengintegrasian fungsional antara teori dan praktik serta materi dan metodologi
penyampaiannya
6 Pembentukan kompetensi professional memerlukan
pengalaman lapangan yang bertahap, mulai dari pengenalan medan, latihan
ketrampilan terbatas, sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas
kependidikan secara utuh dan actual
7 Kriteria keberhasilan yang utama dalam pendidikan
professional adalah pendemonstrasian penguasaan kompetensi
8 Materi pengajaran dan system penyampaiannya selalu
berkembang
Guru yang profesional tidak hanya tahu akan tugas, peranan
dan kompetensinya. Namun dapat melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan
perannya, dan selalu meningkatkan kompetensinya agar tercapai kondisi proses
belajar mengajar yang efektif dan tercapai tujuan belajar secara optima
HAKIKAT MASYARAKAT:
1. Kehidupan bermasyarakat berladaskan system nilai-nilai
keagamaan, social dan budaya yang dianut warga masyarakat; sebagian daripada
nilai-nilai tersebut bersifat lestari dan sebagian lagi terus berubah sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi
2. Masyarakat merupakan sumber nilai-nilai yang memberikan
arah normative kepada pendidikan
3. Kehidupan bermasyarakat ditingkatkan kualitasnya oleh
insan-insan yang berhasil mengembangkan dirinya melalui pendidikan
HAKIKAT SUBYEK DIDIK
1. Subyek didik bertanggung jawab atas pendidikannya
sendiri sesuai dengan wawasan pendidikan seumur hidup
2. Subyek didik memiliki potensi, baik fisik maupun
psikologis, yang berbeda-beda sehingga masing-masing subyek didik merupakan
insan yang unik
3. Subyek didik memerlukan pembinaan individual serta
perlakuan yang menusiawi
4. Subyek didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif
menghadapi lingkungan hidupnya
HAKIKAT GURU
1. Guru merupakan agen pembaharuan
2. Guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung
nilai-nilai masyarakat
3. Guru sebagai fasilitator memungkinkan terciptanya
kondisi yang baik bagi subyek didik untuk belajar
4. Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar
subyek didik
5. Pendidik tenaga kependidikan dituntut untuk menjadi
contoh dalam pengelolaan proses belajar mengajar bagi calon guru yang menjadi
subyek didiknya
6. Guru bertanggung jawab secara professional untuk terus
menerus meningkatkan kemampuannya
7. Guru menjujung tinggi kode etik professional.
Menjadi guru memang panggilan hati. Namun tidak menjamin
ketika problema pendidikan yang dihadapi saat ini adalah kurangnya kepedulian,
baik dari masyarakat, terutama pemerintah sehingga guru menjadi profesi yang
menjadikan baik secara financial maupun social. Sayangnya selama ini paradigm
pembangun hanya sektor ekonomi dan serba material. Sementara sektor pendidikan
“bagaikan bingkai yang terus terbengkalai”.
Terlepas dari peristiwa itu kasusistik, bahwa setiap
tindakan guru merupakan cerminan moralitas khas dunia pendidikan. Sehingga ada
pepatah lama, “Jika guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Dan memilih
profesi guru tidak sekedar pilihan kerja, akan tetapi merupakan panggilan
“hati” untuk menjadi pendidik. Artinya, seorang guru bukan hanya bertugas
mentranformasi pengetahuan, ia dituntut menggiring attitude, menularkan
nilai-nilai moral kepada murid-muridnya dari suatu keadaan yang buruk kepada
kebaikan.
Sebagai guru tidak hanya pandai memberi contoh baik, tapi
bisa dijadikan contoh kebaikan itu. Seperti ditutur dalam hymne guru, “ Engkau
sebagai pelita dalam kegelapan/Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan”.
Tanpa bermaksud memberikan vonis, bahwa peristiwa oknum
guru yang melanggar hukum baik Negara maupun agama adalah bagian dari fenomena
dunia pendidikan kita.
Ada banyak guru yang sengaja membocorkan jawaban UAN hanya
karena ingin sekolahnya dianggap telah berhasil dalam melakukan pembelajaran
dan ini sudah menjadi suatu kesalahan dan penyimpangan yang berjamaah, karena
hampir mencakup seluruh guru dan kepala sekolah.
Bagaimana seorang guru mampu digugu dan ditiru apabila
dalam kenyataan ril nya dia hanya mengotori wajah dunia pendidikan?
Pendidikan pada hakikatnya bukanlah suatu kelulusan
seperti yang di ujikan melalui UAN, tetapi jauh dari itu, yaitu bagaimana
kualitas pendidikan selama ini mampu membawa peserta didik menjadi insan yang
mulia akhlaknya, santun dan berbudi luhur sepanjang perjalanan hidupnya.
Mencerdaskan siswa bukan hanya dari segi fisik belaka,
akan tetapi bagaimana kelakuannya dalam sehari-hari tetap mencerminkan bahaw ia
adalah anak pendidikan, dan hal ini tidak akan tercapai tanpa di contohkan oleh
sang guru terlebih dahulu.
Moralitas guru perlu dikedepankan jika persoalan guru di
negeri ini ingin dibenahi. Sehebat apapun kurikulum, sarana pembinaan, dan
kesejahteraan guru; tanpa moralitas yang baik akan sia-sia.
Dalam jurnal pendidikan, Educational Leadership edisi 1993
meneurunkan laporan utama tentang soal ini (Dedi Supriadi, 1998:98). Menurut
jurnal itu untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima
hal :
1 Guru mempunyai komitmen kepada siswa dan proses
belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan
siswa.
2 Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, hal ini
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
3 Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa
melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa
sampai tes hasil belajar.
4 Guru mampu berpikir sistematis tentang apa apa yang akan
dilakukaknnya , dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu
untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang dilakukannya.
Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah,
serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa
5 Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar
dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi
profesi lainnya.
Menjadi seorang guru memang kelihatan mudah, akan tetapi
menjadi guru sejati amatlah susah. Guru sejati bukan hanya memberikan materi
dan pengetahuan umum saja akan tetapi bagaimana guru tesebut mampu dijadikan
suri tauladan yang baik dalam setiap kesehariannya.
Apakah masih dianggap sebagai guru sejati apabila seorang
guru dalam kesehariannya masih melakukan perjudian dan meminum minuman keras?
Apakah masih dianggap sebagai seorang guru sejati apabila
seorang guru masih saja mengumpat dan mengucapkan perkataan yang tak senonoh?
Hakikat mengajar dan mendidik hanya terletak pada
moralitas. Mengajar hanya memberikan sekedar materi tanpa proses yang panjang,
akan tetapi mendidik merupakan bagaimana mencontohkan bertindak dan berbuat
yang benar? Tanggung jawab moral yang di andalkan disini.
Mendidik berarti bagaimana melakukan pengajaran dengan
penuh kasih sayang dan romantis. Mendidik berarti bagaimana mencontohkan,
melakukan, dan menjaganya.
Seorang anak yang biasa-biasa saja tetapi dengan moral
yang tinggi itu akan jauh lebih mulia dibanding anak yang cerdas dengan moral
yang rendah, inilah letak mengajar dan mendidik.
3.1 Kesimpulan
Menjadi guru bukan hanya bagaimana mengajar yang benar
tetapi bagaimana mendidik dan mencontohkan yang tepat. Seorang guru harus mampu
di gugu dan ditiru, bukan hanya dirungu dan di guyu. Guru yang baik harus bisa
menjadi teladan dab panutan baik disekolah, dirumah atau dimana saja. Mendidik
berarti menjadikan siswa sebuah keluarga, bukan beban.
Guru yang Efektif
Proses pembelajaran sebagai inkuiri reflektif yang
dipandang dari sudut guru, menekankan pada aktivitas guru dan menempatkannya
pada individu yang terus belajar dan senantiasa berupaya memperbaiki kinerjanya
serta berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Kegiatan pembelajaran adalah apa yang dilakukan oleh siswa
bukan apa yang dilakukan oleh guru. Walaupun guru memberikan sajian yang menarik,
tetapi jika siswa tidak dapat menangkap dan mempersepsikan materi tersebut
sebagai sesuatu yang bermakna, maka sebenarnya proses belajar belum terjadi.
Guru yang profesional perlu melakukan pembelajaran secara
efektif. Efektivitas seorang guru dapat diamati dari bagaimana cara ia
membelajarkan siswanya melalui kemampuan dalam
1. menciptakan
iklim belajar di kelas;
2. strategi
pengelolaan pembelajaran;
3. memberikan
umpan balik dan penguatan;
4. meningkatkan
kemampuan dirinya.
Guru dapat dikatakan mengajar efektif jika ia tidak hanya
menyampaikan materi pelajaran kepada para siswanya, tetapi juga dapat
menjalankan perannya sebagai pengolah pesan, organisator, motivator, mediator,
moderator, fasilitator, administrator dan evaluator.
Guru harus tetap dapat meningkatkan semangat belajar siswa
dengan menggunakan beragam cara. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat
dimanfaatkan guru untuk meningkatkan semangat belajar siswa.
HUBUNGAN GURU DENGAN MURID
Dalam dunia pendidikan, hubungan guru dengan murid
sejatinya seperti hubungan orangtua dengan anaknya. Keduanya harus saling
menyayangi secara ikhlas sesuai norma dan agama. Namun, ironisnya, hubungan
kasih sayang ini seringkali ternoda oleh isu-isu yang memalukan dan perilaku
tidak terpuji.
Belakangan ini, sejumlah media mengangkat isu tentang
hubungan memalukan antara guru dan muridnya. Terlepas benar atau tidaknya
akurasi pemberitaannya, tetap saja menjadi perhatian tersendiri bagi
masyarakat. Sebut saja pemberitaan isu pelecehan seksual guru spiritual Anand
Krishna. Kemudian yang paling hangat adalah pemberitaan yang dilansir detik.com
[Rabu, 24/03/2010], tentang seorang kiai pendiri pondok pesantren yang menodai
kehormatan santrinya, yang kejadiannya di kawasan Jl Gadel Timur, Surabaya. Belum
lagi isu kekerasan guru terhadap muridnya dengan dalih hukuman indisipliner
yang dilakukan secara berlebihan.
Seandainya pemberitaan tersebut ternyata sesuai fakta dan
terbukti nyata, ini menjadi tamparan keras dalam dunia pendidikan kita. Padahal
seyogyanya hubungan guru dengan murid bisa menciptakan harmonisasi cinta dan
kasih yang mulia sesuai dengan norma dan agama.
Pendidikan adalah dasar untuk membangun manusia yang
cerdas dan berakhlak mulia. Dalam prosesnya, pendidikan membutuhkan keterlibatan
antara pendidik dan peserta didik. Hubungan pendidik dan peserta didik inilah
yang sangat menentukan berhasil tidaknya tujuan pendidikan. Jadi, bisa
dikatakan belum berhasil jika hubungan tersebut justru membuahkan aib.
Dalam ajaran Islam, hubungan dan komunikasi antara guru
dengan muridnya selalu menjadi perhatian. Bahkan para ulama dan cendikiawan
Islam rata-rata sepakat menilai bahwa gurulah yang harus paling
bertanggungjawab atas pencapaian pendidikan dan budi pekerti murid. Memang ini
amanah yang berat. Tapi, justru dengan tanggung jawab itulah guru adalah
profesi yang mulia.
Menurut ulama sekaligus tokoh pendidikan Islam ternama,
Syaikh Abdul Qadir Jaelani, keteladanan guru sangat berperan terciptanya
hubungan kasih sayang antara guru dengan muridnya. Syaikh Abdul Qadir menyebut
adal 12 karakter teladan yang harus dimiliki guru, di antaranya: jujur dan bisa
dipercaya, cerdas, mengetahui hukum-hukum Allah [terutama al-Qur’an dan
hadits], penyayang dan lembut, amar ma’ruf nahi munkar, pemaaf, dan menutup
aib. Perpaduan karakter inilah yang menuntut guru harus benar-benar menjaga
akhlaknya dari sikap dan perbuatan tercela yang bisa meruntuhkan citra
kehormatan di mata muridnya dan masyarakat. Bukankah ada pepatah “Guru kencing
berdiri, murid kencing berlari”? Kalau guru berbuat tercela, muridnya bahkan
akan berbuat lebih tercela. Na’udzubillâhimindzalik!
Bagi guru, keteladanan dengan akhlak terpuji adalah bekal
utama dalam mendidik murid-muridnya. Oleh karena itulah, selain harus menguasai
disiplin ilmunya, seorang guru pun harus menguasai ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan akhlak. Hakikat kebaikan [al-khair] dan hakikat keburukan [asy-syar]
adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk menciptakan pedoman hidup
yang mulia, baik untuk profesinya sendiri, untuk murid, maupun untuk masyarakat
pada umumnya.
E. Penghargaan Terhadap Guru
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 Pasal
74, penghargaan guru diberikan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat
istimewa, finansial, piagam, dan/atau penghargaan lain.
F. Kondisi Real Guru di Indonesia
Sekurang?kurangnya selama dasawarsa terakhir ini hampir
setiap saat, media massa khususnya media cetak harian dan mingguan memuat
berita tentang guru. Ironisnya, berita?berita ini banyak yang cenderung melecehkan
posisi para guru, sedangkan para guru nyaris tak mampu membela diri.
Huggget (1985) mencatat sejumlah besar politisi Amerika
Serikat yang k para guru kurang profesional, sedangkan orangtua juga telah
menuding mereka tidak kompeten dan malas. Kalangan bisnis dan industri pun
memprotes para guru karena hasil didikan mereka dianggap bermanfaat. Sudah
tentu tuduhan dan protes dari berbagai kalangan itu telah memerosotkan harkat
para guru.
Bagaimanakah nasib guru di negara kita? Pada zaman dulu,
jauh sebelum era globalisasi informasi, profesi dan posisi guru konon dihormati
seperti para priyayi. Dalam berbagai upacara dan perayaan, mereka duduk
sederetan utama bersama para demang alias wedana.
Secara ekonomis, penghasilan guru waktu itu memadai bahkan
lebih. Secara psikologis, harga diri (self?esteem) dan wibawa mereka juga
tinggi, sehingga para orangtua pun berterima kasih bila anak?anaknya “dihajar”
kalau berbuat kurang ajar dan mengganggu. Singkat cerita, posisi di mata
berbagai kalangan masyarakat pada masa lalu sangat tinggi.
Namun, kini keadaan para guru telah berubah drastis.
Profesi guru yang “kering”, dalam arti kerja keras para guru membangun manusia
(SDM) hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja. Bahkan,
harkat dan derajat mereka di mata masyarakat merosot, seolah?olah menjadi warga
negara second class (kelas dua). Kemerosotan ini terkesan hanya karena mereka
berpenghasilan jauh di bawah rata?rata kalangan profesional lainnya.
Sementara itu, wibawa para guru di mata murid?murid pun
kian jatuh. Murid?murid masa kini, khususnya yang menduduki sekolah?sekolah
menengah di kota?kota pada umumnya hanya cenderung menghormati guru karena ada
udang di balik batu. Sebagian siswa?siswa di kota menghormati guru mereka
karena ingin mendapat nilai yang tinggi atau naik kelas dengan peringkat tinggi
tanpa kerja keras. Sebagian lainnya lagi menghormati guru agar mendapatkan
dispensasi “maaf dan maklumi” apabila mereka telat menyerahkan tugas.
Sikap dan perilaku masyarakat seperti itu memang tidak
sepenuhnya tanpa alasan yang bersumber dari para guru. Ada sebagian guru yang
terbukti memang berpenampilan tidak mendidik. Ada yang memberi hukuman badan
(corporal punishment) di luar batas norma kependidikan, dan ada juga guru pria
yang melakukan pelecehan seksual terhadap murid?murid perempuannya.
Kelemahan lain yang juga. disandang sebagian guru kita
adalah kerendahan tingkat kompetensi profesionalisme mereka. Penguasaan mereka
terhadap materi dan metode pengajaran masih berada di bawah standar (Syah,
1988). Selain itu, ada dua buah hasil penelitian resmi yang juga menunjukkan
kekurangmampuan guru, khususnya guru sekolah dasar seperti terungkap di bawah
ini.
Hasil penelitian Badan Litbang Depdikbud RI menyimpulkan
kemampuan membaca para siswa kelas VI SD di Indonesia Kesimpulan ini ditarik
dari data penelitian yang cukup mengejutkan bahwa 76, 95% siswa kelas VI SD
tidak dapat menggunakan kamus. Di antara yang mampu menggunakan kamus pun
ternyata hanya 5% yang dapat mencari kata dalam kamus bahasa Indonesia secara
sistematis dan benar. Menteri
Koordinator Kesra yang menyoroti hasil 11 1993 itu menyebutkan, bahwa kegagalan
tersebut disebabkan para guru hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa
penguasaan makna (Balitbang Depdikbud RI, 1994).
Bukti lain kelemahan sebagian guru kita juga. penelitian
psikologi yang melibatkan responden sebanyak 19 negeri dan swasta di Jakarta.
Penelitian untuk disertasi doktor fakultas Psikologi Ul itu menghasilkan
kesimpulan bahwa guru di sekolah dasar tersebut tidak mampu mengidentifikasi
siswa berbakat (anonym, 1993).
. Syarat-syarat Seorang Guru
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 Pasal
2, guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang mengandung arti bahwa
pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi
akademik, kompetensi, dam sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk
setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
(Hubungan sekolah dan masyarakat adalah suatu proses
komunikasi antara sekolah dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengertian
anggota masyarakat tentang kebutuhan pendidikan serta mendorong minat dan
kerjasama para anggota masyarakat dalam rangka usaha memperbaiki sekolah)
Alasan lain diungkapkan oleh Ngalim Purwanto (1995) dalam
bukunya Administrasi dan supervisi Pendidikan yaitu:
a.Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat; ia
bukan lembaga yang terpisah dari masyarakat.
b.Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada
masyarakat.
c.Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk
melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.
d.Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling
berkorelasi; kedua-duanya saling membutuhkan.
e.Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena
masyarakat memerlukannya.
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan
penyelenggaraan hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk:
1.Memelihara kelangsungan hidup sekolahan.
2.Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
3.Memperlancar proses belajar mengajat.
4.Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang
diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
Sedangkan jika ditinjau dari kebutuihan masyarakat itu
sendiri, tujuan hubunganya dengan sekolah adalah untuk:
1.Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
terutama dalam bidang mental spiritual.
2.Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
3.Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan
masyarakat.
4.Memperoleh kembalai anggota – anggota masyarakat yang
makin meningkat kemampuanya.
Secara lebih jelas lagi, tujuan diselenggarakanya hubungan
sekolah dan masyarakat adalah:
1.Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2.Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial
yang diperlukan bagi pengembangan sekolah.
3.Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan
pelaksanaan program sekolah.
4.Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat.
5.Mengembangkan kerjasama yang lebih erat antara keluarga
dan ekolah dalam mendidik anak–anak .
Bermacam–macam tujuan seperti yang dikemukakan di atas
dapat dikelompokan menjadi tiga tujuan pokok, yaitu:
a.Untuk mengembangkan mutu belajar dan petumbuhan anak –
anak.
b.Untuk mempertinggi tujuan – tujuan dan mutu kehidupan
masyarakat.
c.Untuk mengembangkan pengertian, antusiasme masyarakat
dalam membantu pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
D. Manfaat Hubungan Masyarakat Dalam Lembaga Pemndidikan
Dengan adanya program hubungan masyarakat dalam sebuah
lembaga pendidikan maka akan memberikan manfaat yang banyak sekali antara lain:
1.Terjadi saling pengertian antar sekolah dan masyarakat, sehingga
masyarakat dapat membantu kebutuhan – kebutuhan sekolah.
2.Lewat kegiatan humas para siswa dapat mengetahui kondisi
masyarakat di sekitarnya.
3.Dengan adanya kegiatan sekolah dapat melakukan promosi
program dan menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya
disekolah.
3. Hubungan sekolah dengan orang tua murid.
a.Mengadakan pertemuan antara pihak sekolah dengan wali
murid.
b.Pihak sekolah mengunjungi orangtua.
c.Pihak sekolah mengirim surat ke orangtua siswa.
d.Melibatkan orang tua siswa dalam hal:
-merencanakan kurikulum.
-Kegiatan ekstrakurikuler dan lain-lain
2. Hubungan guru dengan masyarakat.
a.Guru dapat menjadi sponsor pada kegiatan yang
menguntungkan seperti kegiatan pengumpulan dana bagi masyarakat yang tertimpa
musibah.
b.Ikut berpartisipasi bersama masyarakat untuk kerja bakti
bersih-bersih lingkungan atau membuat perpustakaan keliling.
c.Mengmbangkan sebuah kegiatan yang untuk para sesepuh
yang ada dilingkungan persekolahan dan lain-lain.
1. Hubungan komunikasi antara siswa dengan masyarakat.
1.presentasi musik.
2.Menampilkan drama.
3.Pergi ke tempat-tempat yang menarik, seperti musium, air
port, dan lain-lain.
4.Ikut perlombaan olah raga.
5.Wisuda penerimaan ijazah.
6.Program bekerja sambil belajar seperti dilapangan bisnis,
industri, dan semacamnya.
B. Teknik-Teknik Hubungan Masyarakat dalam Lembaga
Pendidikan
Tanpa bantuan dari masyarakat, sebuah lembaga pendidikan
tidak dapat berfungsi dengan baik dan tanpa adanya program yang baik maka
sebuah lembaga pendidikan akan gagal mencapai tujuannya. Karena itu lembaga
pendidikan perlu memberikan informasi pada masyarakat tentang lembaga tersebut
dengan cara yang baik. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat memperoleh
gambaran yang tepat tentang sekolah. Program tentang hubungan antara lembaga
pendidikan dengan masyarakat hendaknya disusun sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan secara terus menerus yang mencakup aspek-aspek kegiatan di dalam
lembaga pendidikan secara keseluruhan, “flexibel” bersifat luwes dan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat tersebut.
Ada beberapa teknik dalam berhubungan dengan masyarakat
dalam lembaga pendidikan antara lain :
1.Laporan pada orang tua.
Teknik ini maksudnya adalah pihak sekolah memberikan
laporan pada orang tua murid tentang kemajuan-kemajuan, prestasi dan kelemahan
anak didik pada orangtuanya. Dengan teknik ini orangtua akan memperoleh
penilaian terhadap hasil pekerjaan anaknya, juga terhadap pekerjaan guru-guru
di sekolah.
2.Majalah sekolah.
Majalah sekolah ini diushakan oleh orang tua dan guru-guru
di sekolah yang diterbitksan setiap bulan sekali. Majalah ini dipimpin oleh,
orang tua dan murid-murid bahkan alumni termasuk pula dewan redaksi. Isi
majalah ini menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan sekolah, karangan guru-guru,
orangtua dan murid-murid, pengumuman-pengumuman dan sebgainya.
3.Surat kabar sekolah.
Kalau sekolah itu mampu dapat menerbitka surat kabar
sekolah, maka ini berarti bahwa sekolah dapat memberikan informasi yang lebih
luas kepada orang tua atau masyarakat daerah sekitarnya.
4.Pameran sekolah.
Suatu tehnik yang efektif untuk memberi informasi tentang
hasil kegiatan dan keadaan sekolah pada masyarakat, ialah penyelenggaraan
pameran sekolah. Ada bermacam-macam cara untuk mengadakan pameran sekolah itu.
Sekolah mengadakan pameran dengan membuata atau mengatur hasil pekerjaan
murid-murid itu di luar sekolah atau di sekolah. Pameran sekolah akan menjadi
lebih efektif lagi, kalau kegiatan-kegiatan itu disiarkan melalui siaran-siaran
pers dan radio di tempat itu sehingga dapat menarik banyak orang dalam
masyarakat.
5.“Open house”
“Open house” adalah tehnik untuk mempersilahkan masyarakat
yang berminat untuk meninjau sekolah serta mengobservasi kegiatan-kegiatan dan
hasil-hasil pekerjaan murid di sekolah, yang diadakan pada waktu-waktu
tertentu, misalnya sekali setahun pada penutupan tahun pengajaran. Ada tiga
langkah dalam pelaksanaan “open house” ini:
1.Pengunjung dibawa ke dalam kelas atau auditorium sekolah
untuk diberi penjelasan tentang open house itu.
2.Pengunjung diantar ke tempat-tempat yang telah
disediakan akan hal-hal yang perlu dilihat.
3.Pengunjung diajak kembali ke kelas atau auditorium untuk
berdiskusi dan menilai open house.
6.Kunjungan ke sekolah.oleh orang tua murid yang dilakukan
pada pelajaran di berikan.
Kepada orang tua itu diberi kesempatan untuk melihat
anak-anak mereka yang belajar di dalam kelas, juga untuk melihat
kegiatan-kegiatan di laboratorium, perlengkapan-perlengkapan, gambar-gambar dan
sebagainya, sehingga mereke memperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan di
sekolah itu. Setelah selesai melihat-lihat, orang tua diajak berdiskusi dan
mengadakan penilaian.
7.Kunjungan ke rumah murid.
Kunjungan ke rumah orangtua murid ini merupakan teknik
yang sangat efektif dalam mengadakan hubungan dengan orang tua di rumah agar
supaya dapat mengetahui latar belakang hidup anak-anak. Banyak masalah yang
dapat dipecahkan dengan teknik ini antara lain, masalah kesehatan murid,
ketidak hadiran murid, pekerjaan rumah, masalah kurangnya pengertian orang tua
tentang sekolah dan sebagainya.
8.Melalui penjelasan yang di berikan oleh personel
sekolah.
Kepala sekolah hendaknya berusaha agar, semua personil
sekolah mempunyai pengertian yang jelas tentang kebijakan sekolah, organisasi
sekolah dan semua kegiatan pendidikan dan pengajaran serta usaha-usaha lainnya.
Pada mereka harus ditanamkan sikap loyalitasnya, rasa kekeluargaan.
9.Gambaran sekolah melalui murid-murid.
Informasi tentang keadaan sekolah dengan perantaraan
murid-murid itu diberikan melalui perencanaan sesuatu kegiatan yang wajar,
antara lain kalau sekolah itu terdapat di kta besar, maka gambaran itu
diberikan melalui program siaran pemancar radio untuk menyiarkan sesuatu
percakapan antara murid-murid atau antara murid dan guru, misalnya tentang cara
makan dan makanan sehat.
10. Laporan tahunan
Laporan tahunan ini dibuat oleh kepala sekolah dan laporan
ini diberikan kepada aparat pendidikan yang lebih atas. Laporan ini berisi
masalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah termasuk kurikulum,
personalia, anggaran, biaya dan sebagainya. Selanjutnya aparat tersebut
memberikan laporan pada masyarakat.
11.Organisasi perkumpulan alumni sekolah.
Organisasi perkumpulan alumni sekolah adalah suatu alat
yang sangat baik untuk dimanfaatkan dalam memelihara serta meningkatkan
hubungan antara sekolah dan masyarakat. Murid-murid yang sudah tamat sekolah
biasanya mempunyai kenagan–kenangan dari sekolahnya dan mereka merasa
berkewajiban moral untuk memabntu seklahnya baik berupa materiil maupun secara
moril.
12.Melalui kegiatan ekstra kurikuler.
Apabila ada beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang sudah
dianggap matang untuk dipertunjukkan kepada orang tua murid dan masyarakat,
seperti sepak bola, drama dan lain-lain, maka sangat tepat sekali kegiatan itu
ditampilkan ke dalam masyarakat. Karena itu program ekstra kurikuler hendaknya
di rencanakan dan diatur, agar dapat dimanfaatkan dalam kegiatan hubungan
sekolah dengan masyarakat.
13. Pendekatan secara akrab.
Setiap individu pasti saling hidup berinteraksi/bersosialisasi
dengan individu lainnya. Mereka saling membantu dan menolong antar sesama.
Interaksi pertama yang dilakukan oleh individu yaitu di lingkungan keluarga.
Fungsi keluarga sebagai wahana terjadinya sosialisasi antara individu dengan
warga yang lebih besar. Salah satu fungsi nya adalah sosialisasi dan
pendidikan, yaitu fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik
keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya dimasa yang
akan datang.
Sosialisasi merupakan suatu proses dimana seseorang
mempengaruhi orang lain karena adanya interaksi. Untuk perkembangan sosial anak
akan sangat dipengaruhi siapa agen sosialnya. agen sosial yang terpenting
adalah orang-orang yang saling berhubungan dan dapat mempengaruhi bagaimana orang
tersebut berperilaku, temasuk di sini adalah orangtua, saudara kandung atau
kelompok bermain . selain itu nenek/kakek, paman/bibi dan orang dewasa lain
dalam masyarakat sebagai jaringan hubungan yang lebih luas. Setiap agen sosial
tersebut akan menentukan perbedaan dalam proses sosialisasi anak. Oleh karena
itulah untuk menghasilkan individu-individu yang berkualitas baik, keluarga
amat berperan dalam mensosialisasi nilai-nilai kebaikan dan norma yang berlaku
atau yang diharapkan masyarakat kepada anak mereka yang dimulai dari
masalah-masalah kecil yang terjadi dalam keluarga sesuai dengan tahap
perkembangan usia anak tentunya. Praktek pengasuhan merupakan masa penting
dalam membentuk individu matang dan dewasa, yang didalamnya telah mencakup
proses sosialisasi.
Cara yang dapat dilakukan keluarga dalam proses
sosialisasi adalah sebagai berikut: Pertama, pengkondisian/pelaziman. Karena
tidak dapat disangkal lagi bahwa anak ialah manusia yang pasif sepenuhnya dalam
sosialisasi, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan sebagian besar sikap dan
tingkah lakunya dilakukan sebenarnya melalui proses ini, yang diciptakan oleh
orangtua atau anggota keluarga lain yang telah dewasa dengan pemberian
mekanisme hukuman atau imbalan. Misal, makan, minum, mandi, berpakaian, buang
air besar/kecil (toilet training) bahkan bertutur kata sekalipun. Dengan
diberikannya mekanisme tersebut anak akan mempertahankan tingkah laku tertentu
bila apa yang dilakukan/diperbuat (baik) dapat imbalan. Sebaliknya anak akan
menghindari tingkah laku tertentu bila ternyata apa yang diperbuat (buruk) akan
mendapat hukuman.
Kedua, pemodelan (pengimitasian dan pengindentifikasian).
Cara imitasi biasanya berlangsung dalam waktu singkat untuk sekedar meniru
aspek luar dari tokoh/model yang diidealkannya. Sebaliknya, jika anak
menginginkan dirinya sama (identik) dengan tokoh idolanya maka peniruan akan
terjadi lebih mendalam karena tidak hanya peniruan tingkah laku tapi juga
totalitas dari tokoh atau model tersebut (identifikasi) sehingga di sini orangtua
(keluarga) perlu memberi contoh perilaku yang baik bagi anaknya.
Dan ketiga, internalisasi yaitu cara yang mempersyaratkan
anak (dengan sukarela) untuk menyadari bahwa sesuatu hal, seperti norma, nilai
dan tingkah laku memiliki makna tertentu yang berharga bagi dirinya atau bagi
masyarakat kelak untuk dijadikan panutan, pedoman atau tindakan yang lama
kelamaan hal tersebut akan menjadi bagian dari kepribadiannya, semisal anak
dicontohkan dengan perbuatan-perbuatn yang dilarang agama atau yang tidak diharapkan
masyarakat pada umumnya.
Anak sebagai bagian anggota keluarga dalam pertumbuhan dan
perkembangannya tidak akan terlepas dari lingkungan dimana dia dirawat/diasuh.
Hubungan ini akan berkembang sesuai tahapan usia anak. Dari sinilah anak akan
dan selalu berusaha untuk menyesuaikan diri melalui pengalaman belajar agar
diterima di lingkungan sosial dan menjadi pribadi yang dapat bermasyarakat.
referensi:
https://www.academia.edu/.../CBSA_DALAM_PROSES_BELAJAR_ME.
repository.upi.edu/9775/2/t_por_029281_chapter1.pdf
referensi:
https://www.academia.edu/.../CBSA_DALAM_PROSES_BELAJAR_ME.
repository.upi.edu/9775/2/t_por_029281_chapter1.pdf
0 komentar:
Posting Komentar